Foto 1. Kolase Pengalaman Solo Touring ke Candi Borobudur Setelah Ditinggal 25 Tahun Silam [Part 2]. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Rute Solo Touring ke Candi Borobudur via Purbalingga menciptakan sebuah pengalaman baru yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup saya.
Usai melewati Jl. Raya Majingklak yang saya
postingan sebelumnya, perjalanan pun berlanjut hingga mendapati sebuah perempatan.
Feeling saya sih ambil arah kanan dan setelah melihat google map, jalan yang saya ambil bernama Jl. Raya Karangsari dan masih di rute yang sama, jalan berikutnya beralih nama menjadi Jl. Sangkalputung.
Dari Jl. Sangkalputung ini saya lajukan motor Honda Scoppy saya sampai mentok di sebuah pertigaan dan saya ambil arah kanan lagi sejauh 2 kilometer, kira-kira. Dan di pertigaan pertama dari jalan ini, kemudian saya ambil arah kiri.
dan tadaaaa.....
Saya menemukan pemandangan hamparansawah nan luas dengan sebuah jalan yang sudah dibeton atau dalam istilah konstruksi disebut dengan rigid pavement.
Melihat ini, saya yang tadinya pengen ngebut jadi urung. Betotan gas saya turunkan dan saya langsung pelankan si Honda Scoopy, pelan dan santuy, sambil mencari sudut atau angle yang tupat untuk memotret keadaan jalan di tengah sawah.
Dan akhirnya, saya pun terhenti dan menyiapkan kamera Sony A6400 saya.
Berikut ini adalah video suasana Jl. Kaliputih 10 dan saya merekam perjalanan hingga ke JembatanMerah yang menghubungkan antara Karangmoncol dan Tegalpingin, KabupatenPurbalingga.
Foto 2. Suasana rute Jl. Kaliputih 33 saat Solo Touring ke Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 3. Jembatan Merah Pengadegan terlihat jelas dari Jl. Kaliputih 10. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Karena keputusan saya yang keukeuh untuk meninggalkan rute yang disarankan oleh google maps.
Saya menjumpai sebuah jembatan yang konstruksinya agak lain.
Nama jembatan ini populer di GoogleMaps dengan nama Jembatan Merah Tegalpingen Pengadegan.
Dikutip dari Banyumasekspres, Jembatan Tegalpingen yang menghubungkan Kecamatan Pengadegan dan Pepedan (Karangmoncol), atau lebih populer disebut Jembatan Merah, masih menjadi pilihan utama warga lokal (warlok) sebagai jalur alternatif menuju Karangmoncol dari pusat kota Purbalingga.
Kenyataannya memang ini adalah kali pertama saya menjumpai jembatan dengan wujud seperti ini. (gambar ada di Foto 1 bagian kanan atas dan kanan bawah).
Dan faktanya, jembatan ini baru dibangun tahun 2017, jadi meskipun saya punya mesin waktu untuk kembali ke masa-masa 2004 atau 2006-2008, jelas, jembatan ini belum eksis.
Karena unik dan menarik perhatian saya, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti sejenak menikmati vibes yang saya dapatkan di sini tapi tidak bisa saya dapatkan di sana (maksudnya di Brebes)
Foto 4. Selfie di Jembatan Merah Tegalpingen Pengadegan 02/04/25. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Jembatan Merah ini tidak bisa dilewati kendaraan besar karena masih ada portal yang lebarnya hanya seukuran mobilSUV Fortuner. Bahkan mobilfortuner saja harus melipat spionnya jika ingin melintas Jembatan Merah ini.
Waktu saya masuk ke Jembatan Merah ini suasananya cukup ramai ya.
Jadi, ada banyak pedagang keliling yang mangkal di sini.
Sebenarnya saya ingin berlama-lama juga di Jembatan Merah ini, namun meskipun Solo Touring ke Candi Borobudur bisa dibilang touring santai untuk merasakan pengelaman bukan berarti saya harus berlama-lama berada di Jembatan Merah ini.
Saya harus fokus ke tujuan utama yaitu merasakan Pengalaman Solo Touring ke Candi Borobudur dan bisa berada di Jembatan Merah ini adalah bagian dari pengalaman tersebut.
Jadi, intinya, saya tetap mampir di sini, namun nggak berlama-lama apa lagi sampai ngopi di sini. Nggak dulu deh.
Sadar akan perjalanan Solo Touring ke Candi Borobudur sangat jauh jadi saya rekam suasana di sini seperlunya saja.
Perjalanan Ke Candi Borobudur dilanjutkan meskipun dengan rute yang random, artinya, saya akan melewati jalan manapun yang saya kehendaki.
Jadi, ada kemungkinan saya akan tersesat setelah melewati Jembatan Merah Pengadegan, Purbalingga. Tapi nggak masalah.
Jaman dulu, waktu kelas 6 SD saya sudah pernah tersesat bersama 4 teman lainnya di sekitar Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes. Wkwkwkw... πππ. Pulang pun diomeli sama ortu.
Anak laki-laki kalau mbolang bisa saja tersesat dan kembali ke rumahnya tapi jika tersesat memilih hati yang salah bisa runyam, mitos atau fakta? π
Sekitar 1.4 Kilometer dari Jembatan Merah Pengadegan, saya kembali terhenti karena melihat sebuah pertandingan sepak bola di sebuah lapangan bola yang cukup terawat.
Sebenarnya, saya ingin sekali memotret para pemain sepak bola di lapangan ini, mumpung saya bawa juga lensa zoom 70300mm dari Tamron.
Tapi, setelah melihat waktu menunjukkan pukul 16.00 lewat, jadi saya urungkan saja dengan pertimbangan Rute random Ke Candi Borobudur yang masih minim Pengalaman.
Foto 5. Menonton Pertandingan Sepak Bola di Lapangan Situwangi Tegalpingen, Kabupaten Purbalingga. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Selesai memotret suasana Pertandingan Sepak Bola yang ada di Lapangan Situwangi Tegalpingen, saya pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
Berhubung banyak persimpangan jalan dan cuaca tidak bersahabat, dampaknya adalah navigasi map yang kacau.
Buah dari kekacauan ini yaitu saya nyasar entah dimana. π€£π€£π€£
Ini mengingatkan saya waktu solo touring ke Pantai Pangandaran 12 Desember 2021 silam, yang mana pada saat perjalanan pulang terkendala oleh sinyal GPS yang putus nyambung sampe akhirnya nyasar di jalan tengah hutan.
Foto 6. Suasana sebuah pertigaan di Jl. Badamita dengan papan penunjuk jalan. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Untungnya, setelah menempuh sejauh 8 kilometer (perkiraan) dan hari masih cukup terang meskipun sudah cukup sore serta tidak ada kendala hujan (walaupun agak mendung ya).
Akhirnya saya sampai juga di sebuah pertigaan yang memiliki papan penunjuk jalan dan mata pun masih bisa diajak konsentrasi melihat rambu-rambu sekitar, termasuk penunjuk arah ini.
Di rambu penujuk arah ini terdapat keterangan, lurus menuju Wanadadi - Banjarnegara.
Ini pertanda bahwa saya akan segera meninggalkan Kabupaten Purbalingga yang indah ini.
Akhirnya, tanpa ragu, saya pun melanjutkan Perjalanan ke Candi Borobudur melalui Rute ini, nyasar-nyasar yang tadi akan saya jadikan Pengalaman pada Solo Touring berikutnya.
Video saya nyasar di jalan dari Lapangan Situwangi samapi di Pertigaan Jl. Raya Badamita.
Setelah melewati pertigaan di Jl. Badamita, ruas jalan berikutnya sudah bukan lagi bernama Badamita tapi Jl. Raya Lengkong.
Dan jika ditinjau dari citra satelit di Google map, maka di depan saya nanti adalah sebuah bendunganMrica.
Tapi Bendungan Mrica ini masuk wilayah administrasinya Kabupaten Banjarnegara..!Apakah sejauh ini saya sudah benar-benar keluar dari Kabupaten Purbalingga? Kalau begitu Desa Wanadadi yang ada di depan jalan berikutnya masuk wilayah mana?
Dari pada pusing dan hanya diam berada di atas motor HondaScoopy mending saya tetap melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
Setalah melajukan 1.8 Kilometer, Si Scoopy yang menjadi kendaraan saya untuk solo riding ke Candi Borobudur kala itu, akhirnya saya berhentikan lagi karena di samping kiri jalan yang saya lewati terdapat sebuah rambu jalan yang menurut saya, rambu ini menyampaikan pesan bahwa jalan yang akan saya lalui adalah jalan yang penuh lika-liku.
Foto 7. Landscape leading line Jl. Lengkong menuju Bendungan Mrica (Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman). Foto dokumentasi Sparklepush.com
Usai memotret landscape Jalan Lengkong,perjalanan menuju Candi Borobudur pun saya lanjutkan kembali. Kali ini dalam benak saya berharap, jalan yang nyaman ini akan terus berlanjut hingga sampai di tujuan.
Mengendarai Si Honda Scoopy santai sejauh 1 kilometeran ke depan menjadikan saya bertemu dengan sebuah perempatan yang disebut dengan Prapatan Tapen (perempatan Tapen) kemudian saya ambil arah kanan menuju Jl. Jend. Soedirman.
Dan akhirnya setelah menempuh jalan sejauh 3.4 Kilometer akhirnya saya sampai di sekitar Komplek Pemeliharaan PT. Indonesia Power UP Mrica.
Seakan tak ingin melewati moment ini, saya pun langsung mengambil Samsung M15 saya untuk berswafoto di depan Pos Satpam PBS, setidaknya itulah informasi yang saya dapatkan ketika saya croscek di google map. Besar kemungkinan PBS ini singkatan dari Panglima Besar Soedirman karena sangat relevan dengan Pusat Listrik Tenaga Air "Panglima Besar Soedirman".
Foto 8. Berhenti sejenak untuk selfie di depan gerbang Komplek Pemeliharaan PT. Indonesia Power UP Mrica. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Usai berselfie sejenak, saya pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
Jalan di sini ternyata agak nanjak ya, Klepusher walaupun tidak se-ekstrim tanjakan Jalur Lio di Kabupaten Brebes.
Jalan di sekitar Komplek Pemeliharaan PT. Indonesia Power UP Mrica kondisinya normal ya. Tak terlihat ada lubang, yang ada hanya lubang hati yang sangat dalam (Wkwkwk..... π€£π€£π€£ - mulai ngawur lagi).
Sekitar 400 meter dari sini, saya menjumpai sebuah pertigaan lagi di Jl. Jend. Soedirman dan saya ambil arah kanan untuk menuju Jl. Campur Salam yang mengarah ke Banjarnegara.
Mulai di jalan ini saya sudah tidak begitu bingung lagi dengan memilih jalan mana yang akan saya lalu i supaya secepatnya bisa sampai di Candi Boroburd.
Tapi memang kalau sudah sampai sini, tidak ada jalan lainya untuk menuju ke Candi Borobudur selain harus melewati Kota Banjarnegara ya Klepusher.
Foto 9. Ujung jalan Jend. Soedirman menuju Jalan Campur Salam, Banjarnegara - Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Dari pertigaan ini, saya pun kembali teringat sekitar 2.5 dekade yang lalu dimana jalan ini sering saya lewati untuk menemui seseorang di Kota Purwokerto.
Tidak berhenti sampai disini karena terkenang RIP LOVE, Perjalanan Solo Touring ke Candi Borobudur masih tetap berlanjut kendati hari semakin gelap.
Perhentian selanjutnya adalah di Tugu Gilar-Gilar Kabupaten Banjarnegara.
Sesampainya di Tugu Gilar-Gilar Kabupaten Banjarnegara saya pun langsung merekam keadaan sekitar sambil bergumam dalam hati.
Ternyata selama ini saya pernah melewati tempat-tempat indah ini tanpa sedikitpun mendokumentasikan perjalanan yang syahdu.
FYI: Kabupaten Banjarnegara memiliki luas wilayah hingga 1070 kilometer persegi dengan populasi penduduk sekitar 1,047 juta (2023).
Di Kabupaten ini terdapat tempat wisata dataran tinggi dieng, kawah candradimuka, candi arjuna, candi gatotkaca dan masih banyak lagi destinesi wisata yang bisa kamu jadikan list untuk liburan.
Foto 10. Rute Touring Candi Borobudur via Banjarnegara saat berada di Tugu Gilar-gilar. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Usai memotret suasana Tugu Gilar-gilar Banjarnegara, saya pun kembali melanjutkan perjalanan.
Kali ini perjalanan menuju Candi Borobudur benar-benar mengikuti arahan dari Google map. Dimana dari Tugu Gilar-Gilar yang jadi salah satu icon Kabupaten Banjarnegara, saya terus lurus mengikuti jalan utama ini. Jalan utama ini menghubungkan Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara.
Jalan yang saya pilih untuk menuju Candi Borobudur ini akan melewati Alun-alun Banjarnegara.
Sebenarnya, jauh-jauh hari sebelum melewati alun-alun Banjarnegara ini saya pernah berencana berkunjung ke sini setelah berkunjung di Alun-Alun Purbalingga. Tapi, terkadang manusia cuma bisa berencana, selebihnya tuhan pula yang menentukan.
Meskipun pada akhirnya saya bisa berkunjung ke Alun-alun Banjarnegara. namun ternyata, saya baru bisa terlaksana di tahun 2025 ini dan ternyata hanya bisa mampir beberapa menit saja. Tapi, kunjungan sesaat ini tetap tidak mengurangi rasa syukur saya yang setelah kurang lebih dua dekade baru bisa mampir.
Puas dan tuntasnya terpenuhi... π
Dan akhirnya tepat pukul 18:09 saya sampai di depan Alun-alun Banjarnegara, Alhamdulillah...!!!
Foto 11. Pukul 18:09:07 sudah sampai di Alun-alun Banjarnegara OTW ke Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Saya mampir di Alun-alun Banjarnegara ini nggak makan waktu lama ya, karena perjalanan masih cukup panjang dan lama jadi hanya menikmati suasana di sini hanya untuk melihat suasananya di hari H+3 lebaran 2025.
Suasana di Alun-alun ini masih cukup ramai, begitu juga dengan lalu-lintasnya. Kemungkinan, lalu-linats yang cukup padat malam ini di sekitar alun-alun Banjarnegara karena masih suasana lebaran dan juga ada kemungkinan sudah mulai arus balik.
Ada yang bilang katanya suasana lebaran tahun ini tak se meriah tahun-tahun sebelumnya setelah masa pandemi COVID19.
Setelah dirasa cukup mampir di Alun-alun Banjarnegara, Perjalanan menuju Candi Borobudur pun dilanjutken kembali dengan mengikuti arahan Google Map 100%.
Setelah berjalan beberapa saat, saya melihat indikator BBM si Honda Scoopy perlu diisi ulang dan begitu juga perut saya π.
Jadi saya fokus nyari SPBU terdekat yang posisinya berada di sebelah kiri jalan supaya tidak perlu repot-repot menyebrang.
9.3 kilometer ke depan baru ada SPBU yang saya inginkan yaitu SPBU Pertamina 44.534.14 Prigi. Pom Bensin ini letaknya ada di sebelah kiri jalan dan areanya cukup luas lho.
Foto 12. Struk pengisian bensin, di salah satu SPBU Banjarnegara. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Setelah selesai mengisi BBM, saya pun mencari warung makan untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan karena lapar.
Untungnya di sekitar SPBU Banjarnegara ini ada berjejer ruko-ruko dan salah satu rukonya ada yang jualan nasi padang.
Tak ada warteg, warung padang pun jadi lah. Yang penting perut terisi makanan, bukan angin π jadi biar kuat menghadapi kondisi tidak menentu selama perjalanan.
Sebenarnya pas saya makan di warung makan padang ini tiba-tiba turun hujan lagi. Jadi saya nongkrong agak lama juga sambil nunggu suasana agak terang.
Maklum, untuk si Honda Scoopy ini tidak pakai lampu biasa yang warna kuning, jadi penerangannya nggak maksimal manakala riding malam pas turun hujan.
Video perjalanan menuju Candi Borobudur dari Jembatan Serayu - RM. Lumayan:
0 Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang komunikatif, sopan, berbobot, dan tentunya yang relevan.
Jika kedapetan mengandung unsur p#rn#, ujaran kebencian, Sara, politik, link aktif, hoax maka akan dihapus.
✌❤π
πTerimakasihπ