Menyusuri Keunikan Kampung Kuta - Jawa Barat

Image by rappler.com




















Menyusuri Keunikan Kampung Kuta

Pertama mendengar namanya, yang terlintas dipikiran Klepusher mungkin adalah Pantai Kuta di Bali. Walau bernamasama, keduanya tidak ada kaitan sama sekali.

Kampung Kuta merupakan kampung adat di Jawa Barat yang memiliki banyak keunikan. Nilai-nilai kearifan lokal yang kukuh dipegang warganya banyak mengundang rasa ingin tahu, hingga kerap dijadikan objek penelitian.Penasaran juga,Klepusher? Yuk simak terus ulasannya berikut ini.

Sejarah Keberadaan Kampung Kuta

Berlokasi di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kampung Kuta menjadi salah satu kampung adat yang masih bertahan di tengah gerusan modernitas.

Mengenai nama Kuta, ada versi yang menyatakan bahwa nama Kuta diambil dari kata Mahkuta atau Mahkota. Pada versi lain menyebutkan bahwa nama Kuta berasal dari bahasa Sunda buhun yang berarti pagar tembok.


Wilayah Kampung Kuta  memang  terletak di sebuah lembah, dikelilingi bukit dan tebing menyerupai benteng pertahanan. Kondisi inilah yang oleh Raja Kerajaan Galuh  dinilai cocok untuk tempat mendirikan bangunan keraton.

Sejarah keberadaan Kampung Kuta terkait erat dengan Kerajaan Galuh, yang awalnya akan dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Galuh. Sayangnya, setelah semua bahan siap, raja urung mendirikan keraton di lokasi tersebut.

Raksa Bumi atau dikenal juga dengan sebutan Ki Bumi, dianggap cikal bakal masyarakat Kuta. Ia merupakan utusan kerajaan Cirebon yang mendapat amanat dari leluhurnya untuk memelihara daerah peninggalan Raja Galuh. Hingga kini yang memimpin kampung adat ini ialah keturunan dari Ki Bumi.

Berbagai Pantangan di Kampung Kuta

  • Bentuk Rumah

Di kampung ini, rumah-rumahnya terlihat seragam, berbentuk panggung dan memanjang dengan dinding dari anyaman bambu atau triplek. Atap terbuat dari rumbia atau ijuk. Warga pantang membuat bangunan rumah yang berbeda dari itu, misalnya menggunakan semen seperti rumah-rumah di perkotaan pada umumnya.


Ada makna tersendiri bagi warga Kampung Kuta terkait larangan mendirikan bangunan rumah yang bertembok dan bergenteng. Ialah supaya penghuni rumah tidak seperti dikubur.


Sebenarnya  jika ditelisik lebih jauh, Klepusher, larangan ini merupakan bentuk adaptasi akan kondisi geografis Kuta. Dengan kondisi tanah yang tidak stabil, jika membangun rumah bertembok dan bergenteng, maka kemungkinan tanahnya amblas tidak sanggup menahan bobot.

Dalam pembangunan rumah, hari lahir kepala keluarga menentukan arah hadap rumah. Kemudian antara satu rumah dengan rumah lain tidak boleh memunggungi melainkan harus berhadap-hadapan.

Kepala keluarga harus mencari lahan lain yang masih kosong. Jika rumah yang akan dibangun sesuai hari lahir kepala keluarga ternyata posisinya memunggungi rumah lain.

  • Kamar Mandi

Warga tidak diperkenankan membuat kamar mandi sendiri-sendiri. Ada tempat-tempat tertentu yang difungsikan sebagai kamar mandi dan jamban yang dipakai bersama-sama.

Warga tidak diperbolehkan membangun kamar mandi sendiri untuk menghindari adanya kubakan (septictank), jadi air bisa langsung mengalir ke kali. Pertimbangannya adalah sebagai pencegahan berbagai penyakit seperti demam berdarah.

  • Penguburan Jenazah

Warga yang meninggal tidak dimakamkan di kawasan kampung. Hal   ini untuk menjaga tercemarnya air tanah. Jadi penguburan jenazah dilakukan di luar kawasan kampung.

  • Pantangan di Leuweung Gede

Di Kampung Kuta terdapat hutan yang dikeramatkan oleh warga Kuta yang dikenal dengan nama Leuweung Gede. Dalam bahasa Sunda artinya hutan besar.

Ketika memasuki Leuweung Gede, tidak diperkenankan memakai alas kaki ataupun membawa tas. Selama berada di hutan yang dikeramatkan tersebut, kita harus menahan untuk tidak meludah, dan tidak membuat kegaduhan. Tidak diperkenankan mengambil apapun dari dalam hutan apalagi merusak apa yang ada di hutan.

Pastikan Klepusher tidak memakai perhiasan emas apapun saat akan ke Leuweung Gede. Menurut sesepuh Kampung Kuta, banyak yang memasuki hutan tidak melepas perhiasannya dan akhirnya perhiasan-perhiasan tersebut hilang.


Bagi wanita yang sedang datang bulan  tidak diperkenankan memasuki kawasan Leuweung Gede.

Mendapatkan Kalpataru

Kearifan lokal mengantarkan Kampung Kuta memperoleh penghargaan Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan. Warga Kuta dinilai berhasil menjaga keseimbangan alam dan melestarikan lingkungan.


Tradisi Upacara Adat Warga Kuta

Masyarakat Kuta memegang kuat tradisi yang diwariskan leluhur. Banyak tradisi yang terus dipertahankan, salah satunya adalah tradisi upacara adat. Beberapa tradisi upacara adat yang rutin dilaksanakan warga Kuta, di antaranya upacara adat nyuguh, upacara adat sedekah bumi, dan babarit.

Situs Bersejarah

Kampung Kuta memiliki banyak situs sejarah yang berkaitan dengan legenda Kerajaan Galuh,  berikut beberapa yang paling menarik :

  • Leuweung Gede

Seperti disebutkan di atas, terdapat pantangan-pantangan yang harus dipatuhi ketika memasuki kawasan Leuweung Gede. Semua pantangan atau larangan dimaksudkan untuk menghindarkan hutan dari pencemaran.


Upaya tersebut tidak sia-sia, hingga saat ini kita masih bisa menemukan mata air yang jernih  di pinggir hutan.

Menurut cerita, jika Klepusher pernah mendengar legenda asal-usul Gunung Tangkuban Parahu, di hutan inilah Dayang Sumbi dibuang.

Leuweung Gede hanya dapat dikunjungi pada hari Senin hingga Jumat, dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore.

  • Gunung Barang

Pada saat akan mendirikan keraton Kerajaan Galuh, yang kemudian urung, barang-barang yang sedianya digunakan untuk membangun akhirnya ditimbun.

Timbunan barang-barang tersebut kemudian menjadi gundukan tanah menyerupai bukit. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini sengaja untuk bersemedi.

  • Gunung Padaringan

Warga Kuta meyakini bahwa keberadaan Gunung Padaringan membuat mereka tidak kekurangan akan pangan. Orang Sunda mengenal padaringan sebagai nama tempat penyimpanan beras.

Di dekat Gunung Padaringan terdapat pohon besar dengan lubang di tengahnya. Menurut yang dipercayai warga, di sana hidup tokek besar.

Kampung Kuta telah swasembada beras sejak lama karena memang semua warganya bermatapencaharian sebagai petani.

  • Ciasihan

Ciasihan berlokasi di tengah kampung, merupakan tempat pemandian yang airnya bersumber dari sebuah mata air. Kerap disambangi oleh orang-orang yang mempercayai akan mudah dapat jodoh setelah mandi di sana.

Itu tadi keunikan-keunikan yang terdapat di Kampung Kuta. Semoga cukup menjawab rasa penasaran. Jadi, kapan ke sana?

Posting Komentar

0 Komentar