Ngajak Scoopy (2018) dan Sony A6400 Ke Destinasi Wisata Favoritnya Brebes, Pasir Gibug. (POV: Samsung M15)

Sudah begitu lama saya nggak berkunjung ke Pasir Gibug, jadi, sekalian ajak Scoopy (2018), Si Sony A6400 dan anak-anak.

Belum lama ini saya kembali ke jalan yang benar 🤣, yaitu ke mode traveling 😁. Kali ini, destinasi traveling saya nggak jauh-jauh dari wilayah Kabupaten Brebes, Pasir Gibug yang letaknya di Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo.

Bagi sebagian warga Kabupaten Brebes, Pasir Gibug bukan tempat wisata baru. Sebelum saya ngajak Scoopy (2018) dan waktu itu juga saya belum punya Sony A6400. 2022 yang lalu, saya pernah berkunjung ke tempat wisata favoritnya warga Brebes ini. (rute menuju Pasir Gibug ada di artikel ini:  Pasir Gibug, Idola Baru Objek Wisata Alam di Kabupaten Brebes)

Foto 1. Honda Scoopy 2018 Warna Abu-abu untuk Traveling ke Tempat Wisata Pasir Gibug, Penanggapan, Banjarharjo, Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com (hasil jepretan Samsung M15)
Foto 1. Honda Scoopy 2018 Warna Abu-abu untuk Traveling ke Tempat Wisata Pasir Gibug, Penanggapan, Banjarharjo, Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com (hasil jepretan Samsung M15)

Sebelum memulai perjalanan menuju destinasi wisata Pasir Gibug, Saya pastikan dulu semua dalam keadaan yang prima, badan, perbekalan, jas hujan hingga tekanan ban si Scoopy ini pun sudah saya pastikan dalam keadaan yang siap untuk perjalanan jauh. Meskipun jarak yang akan saya tempuh cuma sekitar 40 kilometer dari Base. Untungnya lagi, my beloved wife sudah inisiatif ganti oli mesin sekaligus ganti oli gardan, jadi saya mantap melakukan perjalanan ini.

Scoopy yang saya bawa ke Tempat Wisata Pasir Gibug, Brebes adalah motor metik yang sama waktu saya pakai waktu Solo Touring ke Candi Borobudur. Perjalanan menuju Candi Borobudur waktu itu saya tuangkan ke dalam postingan yang berjudul "Pengalaman Solo Touring ke Candi Borobudur Setelah Ditinggal 25 Tahun Silam"

Foto 2. On The Way to Pasir Gibug, Perempatan/Simpang 4 Pasar Sitanggal, Brebes di Jam 08:31 WIB. Foto dokumentasi Sparklepush.com hasil jepretan Samsung M15 (hasil jepretan Samsung M15)
Foto 2. On The Way to Pasir Gibug, Perempatan/Simpang 4 Pasar Sitanggal, Brebes di Jam 08:31 WIB. Foto dokumentasi Sparklepush.com hasil jepretan Samsung M15 (hasil jepretan Samsung M15)

Suasana jalan di Pasar Sitanggal saat kami lewat tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi, pasar yang punya hari pasaran pada hari legi (penanggalan jawa) ini biasanya aktivitasnya sangat padat, bahkan pada sisi kanan dan kiri jalan, banyak penjual yang menjajakan berbagai macam barang, terutama pada hari Legi.

Kendaraan yang berlalu-lalang dari arah Ketanggungan - Slawi atau dari arah Kecamatan Larangan - Pantura pun tidak begitu padat. Jadi, perjalanan dari Base ke Destinasi Wisata Favorit Brebes, Pasir Gibug bersama si Honda Scoopy dan Sony A6400, diprediksi akan lebih efisien.

Di perempatan Pasar Sitanggal ini sudah ada lampu pengatur lalu-lintas ya, Klepusher. Jadi, mohon taati lampu pengatur lalu-lintas ini agar tertib dan lancar, warlok (Warga Lokal) ataupun masyarakat pengguna jalan dari luar lokasi juga wajib mematuhi rambu pengatur lalu lintas ini.

Setelah melewati Perempatan Pasar Sitanggal, ada sedikit kendala di salah satu ruas jalan menuju Ketanggungan. Setelah melewati lapangan sepak bola desa Slatri, ada penyempitan jalan karena ada perbaikan jembatan di sini. Alhamdulillah, meskipun ada penyempitan jalan dan diberlakukan contra flow, perjalanan menuju Pasir Gibug tetap lancar alias tidak ada kemacetan berat.

Foto 3. Suasana di Pertigaan Ketanggungan menuju Pasir Gibug, 7 September 2025 pukul 08.46 WIB. Foto dokumentasi Sparklepush.com (hasil jepretan Samsung M15)
Foto 3. Suasana di Pertigaan Ketanggungan menuju Pasir Gibug, 7 September 2025 pukul 08.46 WIB. Foto dokumentasi Sparklepush.com (hasil jepretan Samsung M15)

Meskipun tergolong lancar, menyempitnya jalan dan berlakunya contra flow tetap memperlambat laju si Honda Scoopy. Wal hasil, pada pukul 08:46, saya dan keluarga sampai di sebuah pertigaan Ketanggungan.

Pertigaan ini menghubungkan 3 jalur yaitu menuju Slawi/Purwokerto, Pantura dan Banjarharjo. Nah, untuk menuju Pasir Gibug, saya harus ambil kiri, arah Cikeusal-Banjarharjo.

Sebenarnya, saya ingin mengikuti arahan google map yang menyarankan lewat pertigaan Dermoleng dan lanjut ke Kubangwungu, tapi ada yang ingin saya tunjukkan kepada My beloved wife yaitu keberadaan masjid tertua di Kabupaten Brebes yang masih eksis hingga sekarang.

Sayangnya, meskipun berhasil menunjukkan Masjid tertua di Kabupaten Brebes saat menuju Pasir Gibug, saya tidak mampir ke sini, saya hanya bilang "Itu lho yang, masjid tertua di Kabupaten Brebes" sembari menunjukkan jari ke arah masjid tertua itu. Mungkin dilain waktu dan dilain kesempatan saya mampir ke sini.

Foto 4. Salah satu ruas jalan menuju Pasir Gibug, Jalan Malahayu - Kersana 7 September 2025, 09:03. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)
Foto 4. Salah satu ruas jalan menuju Pasir Gibug, Jalan Malahayu - Kersana 7 September 2025, 09:03. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)

Setelah menempuh waktu selama 17 menit dari Pertigaan Ketanggungan, akhirnya Scoopy 2018 yang saya belikan buat My beloved Wife sampai di jalan Malahayu - Kersana.

Ada yang berbeda dengan jalan ini.

Aspalnya masih terlihat baru. Betapa senangnya saya melewati jalan ini. Ini (jalan beraspal baru) membuat perjalanan menuju Destinasi Wisata Favoritnya Warga Brebes, Pasir Gibug bersama Scoopy (2018) dan Sony A6400 semakin lancar jaya dan menghemat waktu.


Di sini saya berhenti sejenak untuk memotret suasana jalan yang baru diaspal. 

Saat saya memotret dengan Samsung M15, terlihat ada segerombolan bapak-bapak yang asyik menikmati sesi rehat mereka di sini.

Wah, salut sama Bapak-bapak ini yang sudah menempuh gowesnya hingga sampai di ruas jalan ini.

Foto 5. Pemandangan alam yang luar biasa dengan langit biru dan awan putih yang indah di jalan Bandungsari - Kersana, 7 September 2025, 09:16. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)
Foto 5. Pemandangan alam yang luar biasa dengan langit biru dan awan putih yang indah di jalan Bandungsari - Kersana saat menuju Pasir Gibug, 7 September 2025, 09:16. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)

Sayangnya, jalan aspal yang baru di-hotmix tidak begitu jauh. Beberapa kilometer kemudian, saya harus menelan ludah karena harus meninggalkan jalan aspal yang amat nyaman untuk dilalui.

Jalan berlubang dan retak-retak kembali saya lalui. Untungnya, Si Honda Scoopy bermuatan penuh, jadi suspensi yang dulu terasa keras saat dipakai solo touring ke Candi Borobudur pun berubah menjadi berasa lembut.

Perjalanan menuju tempat wisata Pasir Gibug kembali terhenti. Kali ini bukan karena saya menghadapi sebuah perempatan, keramaian, atau penyempitan jalan, tapi karena saya melihat jalan berkelok yang berlatar gunung Kumbang (menurut perkiraan saya, gunung yang ada di hadapan saya saat ini adalah Gunung Kumbang).

Jalan ini sebenarnya jalur alternatif menuju Kecamatan Salem, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Banyumas, Majenang dan daerah-daerah selatan lainnya. Jalur ini dikenal sebagai jalan-jalan dengan jalur extreem karena tanjakan dan tikungannya yang tajam dan nanjak. Bahkan, saya pernah mengabadikan beberapa foto jalan-jalan ke jalur Lio.

Polemik bersama pasangan yang sama-sama suka jalan-jalan tapi beda persepsi saat menuju destinasi wisata favoritnya Brebes, Pasir Gibug, pakai Honda Scoopy (2018), Sony A6400 dan anak-anak.


Versi saya, jalan-jalan itu menikmati proses perjalanan adalah prioritas utama, sedangkan pasangan saya adalah menikmati segala sesuatu yang ada destinasi adalah prioritas utama.

Jadi, sempat ada perdebatan kecil di saat saya berhenti sejenak untuk memotret jalan berliku yang saya abadikan pada Foto 5.

Foto 6. Bayar tiket dulu untuk 4 orang. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)
Foto 6. Pukul 09:38 Alhamdulillah sampai di depan loket masuk Tempat Wisata Pasir Gibug dan langsung bayar di tempat. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)

Karena tak ingin membuat pasangan kecewa, saya pahami keadaan dan melanjutkan perjalanan. Padahal, anak-anak saat itu benar-benar menikmati perjalanan disaat kami melewati jalan berliku dari titik lokasi perhentian jalan di Foto 4 hingga ke titik lokasi Foto 5.

Mereka (anak-anak) merasa senang dan girang melewati jalan berliku yang sudah dibeton hingga mereka tidak tertidur karena saya harus bermanufer mengikuti kontur jalan. Mungkin dalam benak mereka seperti sedang mengendara roller coaster. 🤣

Di beberapa kilometer berikutnya, sekitar 7 Kilometer, saya harus siap dengan kondisi jalan yang sangat dinamis (bahasa yang diperhalus). Sebab, jalan-jalan berikutnya tidak seperti kondisi jalan yang diharapkan bisa membuat anak-anak heboh keasyikan seperti sebelumnya.

Untungnya, jalan yang saya lalui lagi-lagi tidak ada penyempitan karena perbaikan jalan seperti sebelumnya jadi saya bisa motoran dengan lancar. Tepat pukul 09:38 WIB kami berhasil di sampai di depan loket untuk membeli tiket masuk ke Objek Wisata Pasir Gibug.

Foto 7. Wahana permainan lebih banyak di area ini dibanding dengan area Pasir Gibug yang lainnya. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)
Foto 7. Wahana permainan lebih banyak di area ini dibanding dengan area Pasir Gibug yang lainnya. Foto dokumentasi Sparklepush.com (Hasil jepretan Samsung M15)

Begitu selesai membayar tiket masuk, berikutnya adalah mencari tempat parkir untuk si Scoopy.

Lokasi parkiran di Pasir Gibug saat ini sudah berbeda dengan tempat parkir sebelumnya. Kini tertata rapih. Bukan hanya rapih, melainkan luas banget. Klepusher bisa melihat luasnya parkiran Objek Wisata Pasir Gibug pada video youtube yang saya unggah di bawah ini.

Video berdurasi 4 menit di atas dimulai dari lokasi tiket masuk hingga parkiran sepeda motor dan kendaraan roda empat yang menjadi satu area.

Foto 8. Selamat Datang Di Wisata Pasir Gibug. Foto dokumentasi Sparklepush.com (hasil jepretan Samsung M15)


Posting Komentar

0 Komentar