![]() |
Foto 1. Foto-foto Berkunjung Ke Tempat Wisata Candi Borobudur [Pakai Kamera Sony A6400 + Kit + Tamron 70-300 A-mount [PART 2]] |
Postingan ini sebenarnya melanjutkan [PART 2] postingan sebelumnya yang saya kasih judul:
Foto-foto Berkunjung Ke Tempat Wisata Candi Borobudur [Pakai Kamera Sony A6400 + Kit + Tamron 70-300 A-mount. Ada pengalaman pakai Lensa Tamron 70-300mm F/4-5.6 A-Mount Sony yang saya padukan ke kamera Sony A6400 yang sudah pakai dudukan E-mount.
Selain memotret para wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, saya juga memotret juru foto yang ada di sini. Ini mengingatkan saya saat berkunjung ke Goa Jatijajar untuk pertama kalinya di tanggal 19 Desember 2021, dimana ditempat wisata ini juga ada juru foto/juru kamera yang menawarkan jasa foto dan sekaligus cetak. Bahkan di tempat wisata lain di Jawa Barat, Pantai Pangandaran juga ada juru foto/juru kamera/fotografernya juga.
Jujurly ya Klepusher sejauh ini kegabutan yang paling jauh selama saya traveling/touring ke tempat wisata dan bener-bener no plan adalah touring saya ke Pantai Pangandaran. Kejadian ini saya alami pada 12 Desember 2021.
![]() |
Foto 2. Hasil jepretan sony A6400 - Juru Foto di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Foto 2 di atas menunjukkan 2 Abang juru foto/fotografer yang sedang menawarkan jasa foto kepada para pengunjung yang lewat di depan mereka.
Oya, ini adalah jalan menuju bangunan Candi Borobudur yang dijaga dan dipelihara secara ketat oleh petugas setempat.
Bahkan ada pemeriksaan ticket juga untuk yang ingin naik Candi Borobudur hingga ke puncaknya.
Sayangnya, saya kehabisan ticket untuk sampai ke Puncak Borobudur. Jadi hanya bisa melihat Candi Borobudur di sekitar sini saja atau mungkin dikenal dengan Zona Kamadhatu.
Di sebelah kanan dan kiri tangga naik menuju zona Rupadhatu dan Arupadhatu ada sebuah arca singa. Googling nama archa ini dengan kata Singa Urung, pasti Klepusher akan menemukan mitos tentangnya.
![]() |
Foto 3. Patung Arca Singa Urung di depan tangga menuju zona Rupadhatu dan zona Arupadhatu. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
![]() |
Foto 4. Penjagaan dan Pengecekan Tiket Masuk ke Zona Rupadatu dan Arupadhatu Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Nah, foto-foto Candi Borobudur dan Aktifitas wisatawan di atas masih menggunakan kamera Sony A6400 + Lensa Kit ya.
Menurut pengalaman saya pribadi selama pakai Sony A6400 di Candi Borobudur ini (dari segi hasil jepretannya) sangat bagus ya, sayangnya saya nggak bawa kamera sakunya (Sony DSC-W830) jadi nggak bisa komper dan juga Sony A500 juga.
Ribet kalo harus bawa semuanya. Jadi saya ringkas saja cukup pakai Sony A6400 dan Smartphone Samsung Galaxy M15.
Auto Focus yang diklaim sangat cepat juga saya rasakan. Fitur ini sangat membantu saya selama mengabadikan moment Pengalaman Solo Touring ke Candi Borobudur dari tanggal 2 April 2025 sampai dengan 3 April 2025.
Berikut Spesifikasi Sony A6400:
- 24.2MP APS-C Exmor CMOS Sensor
- BIONZ X Image Processor
- Real-Time Eye AF & Real-Time Tracking
- XGA Tru-Finder 2.36m-Dot OLED EVF
- 3.0″ 921.6k-Dot 180° Tilting Touchscreen (lumayan buat selfie)
- Internal UHD 4K Video, S-Log3, and HLG (d
- Built-In Wi-Fi with NFC (ini sangat membantu sekali buat mindahin hasil jepretan ke hp)
- 425 Phase- & Contrast-Detect AF Points
- Up to 11 fps Shooting and ISO 102400
- Metal Body
- (katanya) udah ada weather seal
Tidak ada lensa yang sempurna menurut saya. karena semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Kekurangan yang saya rasakan selama pakai kamera Sony A6400 + lensa kit 16-50 F3.5 adalah keterbatasan zoom lensa yang hanya mencapai 50mm saja.
Untungnya saya membawa lensa tele untuk antisipasi segala kemungkinan yang ada ketika lensa kit 16-50mm bawaan Sony sudah mencapai batas kemampuannya.
Lensa tele yang saya bawa adalah buatan pabrikan pihak ketiga yaitu 70-300mm F/4-5.6 dari TAMRON.
![]() |
Foto 5. 4 Wisatawan Candi Brobudur nampak senang dan ceria di depan kamera saya. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Hasil jepretan sony A6400 + Tamron 70-300mm A-mount sepertinya tidak terlalu mengecewakan. Ini pendapat saya yang masih awam dalam urusan fota-foto.
Pastinya, saya musti lebih banyak mendalami ilmu fotografi dan juga musti lebih banyak praktik. Meskipun tujuan saya bukanlah bersifat komersil tapi nggak ada salahnya kan mempelajari fotografi lebih dalam. Karena bagi saya Traveling dan Fotografi adalah dua hal yang susah untuk dipisahkan, seperti mimi lan mintuno.
Yang saya suka dari Tamron 70-300mm ini adalah saya tidak perlu terlalu mendekat ke objek yang akan saya foto. Tinggal puter zoom-bidik-jepret. Sesimpel itu. Ah, ada satu lagi, ukuran lensa tele ini tergolong ringkas ya. Nggak kegedean kayak lensa tele 70-200 punya sony (tapi bukaan aperturenya 2.8 sih, pastinya sih hasil jepretannya juga jauh lebih mantap)
Pada Foto 5 di atas, foto portrait dari atas lutut hingga kepala dan background Candi Borobudur bagian atas masih bisa terekspos dengan cukup baik. Seingat saya, saya pakai di focal length 70mm dengan focus infinity. Apperturnya pakai feeling aja sebab pada adaptor lensa A-mount to E-mount body yang saya pakai tidak ada indikatornya. 100% seperti pakai lensa manual. Lensa Tamron A-mount 70-300 yang saya pakai pada body E-mount sebenarnya normal-normal saja jika dipasang pada Sony DSLR A500.
Kelemahan lensa Tamron 70-300 yang saya pakai dalam mendokumentasikan liburan saya di Candi Borobudur adalah Chromatic Aberration yang sangat mengganggu ketika zoom diputar hingga jarak maksimal dan Apperture besar.
![]() |
Foto 6. Chromatic Aberration pada lensa Tamron 70-300mm A-mount. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Foto 6 di atas menunjukkan betapa tidak nyamannya saya saat melihat hasil jepretan lensa ini dengan tepian objek yang belepotan penuh dengan Chromatic Aberation.
Chromatic Aberration pada Foto 6.02 dan Foto 6.03.
Pada Foto 6.02, Chromatic Aberration muncul pada tepian payung putih yang bertemu dengan payung berwarna biru. Jadi, pada pertemuan antara warna biru dan putih terdapat warna transisi yang menunjukkan ketidakmampuan lensa menerjemahkan cahaya pada objek yang sama.
Hal serupa juda dialami pada objek wanita yang mengenakan baju putih yang menyelempangkan jaketnya diatas buhu dan menjuntai hingga ke bagian pinggang. Diperlihatkan pada Foto 6.03.
Objek berwarna putih dan bertemu dengan warna yang kontras dan lagi-lagi Tamron 70-300mm ini tak mampu melakukan "penetrasi" warna sehingga terjadilah distorsi warna.
Haruskah saya membuang lensa Tamron 70-300mm A-mount saya dan membeli lensa tele baru, baik dari Sony itu sendiri atau dari pihak ketiga seperti Tamron, Sigma, dan yang lainnya.
Tapi, menurutku tak perlu terlalu cepat mengambil kepusutsan untuk membuang lensa ini selagi masih bisa dipakai dengan catatan saya harus memahami batasan kemampuan. Meskipun dalam hati kadang ngedumel pengin punya lensa yang bagus buat birding.
Kadang memahami keterbatasan dan dapat memaksimalkan segala potensi pada diri dan device membuat kita bisa lebih memahami kemampuan yang harus dimaksimalkan dengan segala keterbatasan namun tanpa mengesampingkan optimistis bahwa suatu saat jika waktunya tiba pasti apa yang kita butuhkan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Kembali ke foto-foto berkunjung ke Tempat Wisata Candi Borobudur.
![]() |
Foto 7. Wanita berpayung di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Di sebuah pohon besar yang rindang namun tak mengurangi terik Matahari kala itu, ada seorang wanita dengan anggun memegang payung. Gayanya yang nyentrik membuat saya tidak ingin kehilangan moment ini. Dan dengan Sony A6400 + Tamron 70-300mm yang masih nancep akhirnya saya abadikan pula moment ini.
Saya tidak tahu apakah dia sadar berpose di depan kamera saya atau tidak. Tapi yang jelas, posenya begitu alamiah.
Suasana memang semakin terasa panas, makanya banyak orang yang memakai payung untuk peneduh sembari menikmati suasana liburan di Candi Borobudur.
Selain dikunjungi oleh orang dewasa, ternyata ada juga wisatawan anak-anak yang ikut asyik menikmati suasana liburan di Candi Borobudur.
Keceriaan mereka ternyata mampu meredam Chromatic aberration yang saya alami pada sesi fota-foto bersama kamera sony A6400 + Tamron 70-300mm. Hiperbola banget ya? ๐
Tapi bener, foto yang satu ini saya cukup kesulitan mencari celah Chromatic Aberation yang sudah dialami sama foto-foto berkunjung ke tampat wisata Candi Borobudur yang sudah-sudah.
![]() |
Foto 8. Asyiknya main busa di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Yang bikin saya takjub saat memotret mereka adalah balon gelembung dan reaksi sumringah bocah yang tertangkap dengan baik oleh kamera Sony A6400. Gelembung-gelembung dan sumringah bocah ini memberikan vibes positive pada hasil jepretan saya kali ini.
Tak jauh dari tempat saya memotret 2 anak perempuan yang sedang asyik main gelembung ada sebuah benda aneh yang mendongak kearah Candi Borobudur. Ini sebenarnya mirip dengan lampu taman tapi yang ini kok ukurannya lebih jumbo ya.
Sepertinya lampu ini hanya digunakan pada malam hari saja.
![]() |
Foto 9. Lampu sorot Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Tak jauh dari lampu sorot Candi Borobudur, ternyata Ukhti berjilbab ungu yang saya jepret sebelumnya belum beranjak dari tempat mereka berfota-foto. Jadi saya memutuskan untuk memotretnya kembali dengan komposisi yang lebih bagus dimana foreground dan background mengambil peran dalam menciptakan foto berbokeh yang dramatis dengan lensa tele Tamron 70-300mm dan inilah hasilnya.
Sejauh ini, inilah foto ter-terbagus saat berkunjung ke Candi Borobudur. Dimana framing yang sayang inginkan sesuai dengan kenyataan. Dan tak lupa saya tunjukkan hasil fotonya kepada Ukhti ini kemudian saya berikan hasil jepretannya langsung ke dia sambil mengucapkan terima kasih.
Sayangnya saya nggak bisa give away apapun selain terima kasih.
Ada ide bagi-bagi kaos Sparklepush.com sih. Tapi, belum terealisasi sampai sekarang. ๐
Semoga Allah memampukan saya suati hari nanti.
Foto di atas juga termasuk pada jajaran bebas Chromatic Aberration karena saya mengurangi penggunaan zoom mentok di 300mm. Alih-alih untuk mendapatkan objek yang cukup close up, saya zoom dibawah 300mm.
![]() |
Foto 10. Ukhti Berjilbab Ungu Sedang Berpose di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Foto di atas juga termasuk pada jajaran bebas Chromatic Aberration karena saya mengurangi penggunaan zoom mentok di 300mm. Alih-alih untuk mendapatkan objek yang cukup close up, saya zoom dibawah 300mm.
Sayangnya lagi, pada data exif tidak muncul data nilai aperturnya berapa, focal length-nya ada di angka berapa dan data lain yang biasanya terekam di dalam lensa Tamron 70-300mm jika dipasangkan pada Sony A500 (APSC-DSLR-nya Sony).
Disudut lain, ada pengunjung yang kelihatannya sedang kelelahan/ngantuk hingga sering angop (menguap) kalau kata orang jawa.
Mungkin beliau berasal dari luar kota seperti saya.
Ya, maklum, perjalanan Solo Touring ke Candi Borobudur memberikan pengalaman saya berkendara motoran hampir 12 jam perjalanan.
Mungkin ini devinisi dari terlalu asyik menikmati perjalanan sehingga tak ingin melawit semua moment dari Pangkah, Kabupaten Tegal hingga Candi Borobudur, Magelang. Walaupun apa yang saya bagikan di Postingan ini bisa dibilang hanya sebagian kecil dokumentasi.
![]() |
Foto 11. Ngadem bikin angop, ekspresi wisatawan Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
![]() |
Foto 12. Wisatawan Candi Borobudur memegang ponsel pintar untuk mengabadikan moment. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Yang jarang disadari oleh wisatawan adalah menempatkan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan agama Budha, bukan sekedar tumpukan batu-batu berukir yang menarik perhatian.
Ada peribadatan yang dilakukan oleh penganut agama Budha di Candi Borobudur ini yaitu meliputi Dharmayatra Adi Buddha Puja dan perayaan Waisak. Dharmayatra Adi Buddha Puja adalah ritual doa umat Buddha Jawa kuno yang menggunakan uborampe atau sesajen. Selain itu, Candi Borobudur juga menjadi tempat perayaan Waisak, yang merupakan hari raya penting bagi umat Buddha, tapi sayang, saya nggak bisa mengabadikan perayaan Waisak di sini. Padahal, pingin juga sih melihat gimana prosesnya.
0 Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang komunikatif, sopan, berbobot, dan tentunya yang relevan.
Jika kedapetan mengandung unsur p#rn#, ujaran kebencian, Sara, politik, link aktif, hoax maka akan dihapus.
✌❤๐
๐Terimakasih๐