Pengalaman Solo Touring ke Candi Borobudur Setelah Ditinggal 25 Tahun Silam [Part 3]

Foto 1. Kolase foto berkunjung ke Candi Borobudur 3 April 2025. Foto kolase dokumentasi Sparklepush.com

Klimaks dari perjalanan solo touring ke Candi Borobudur yaitu sampainya saya di RM. Lumayan tengah malam dan beristirahat karena besok saya akan jalan kaki dari RM Lumayan - Candi Borobudur.


Setelah melewati Pertigaan Silento hingga berakhir di sebuah jalan yang penuh dengan pernak-pernik cahaya lampu "disko" jalanan akhirnya saya benar-benar beristirahat karena saya sampai di RM. Lumayan yang sudah saya hubungi sebelumnya via Whatsapp.

Di RM. Lumayan ini saya pesen hanya untuk 1 orang yaitu saya sendiri karena memang ini adalah perjalanan yang dilakukan oleh saya sendirian.

Setelah melihat jam, ternyata saya sampai di sini sekitar pukul 23:00 Wib pada 2 April 2025. Kalau dipikir-pikir kembali saya kadang merasa konyol karena saya melewati jalan-jalan sepi di Kabupaten Wonosobo yang gelap gulita (yang pada beberapa ruas) tanpa penerangan jalan dan juga dengan aspal yang bergelombang dan ditambah lagi tikungan yang tak terhitung jumlahnya. 😁

Alhamdulillah semua berjalan lancar, tentunya semua atas izin dan kuasa Allah Azza Wa jalla yang telah memudahkan dan melancarkan segala urusan saya.

Saya disambut oleh seorang pemuda yang ternyata sudah menunggu saya lama (kemungkinan sejak dari saya istirahat di sebuah minimarket di perbatasan Banjarnegara-Wonosobo.

Beliau meminta saya untuk meninggalkan si Honda Scoopy saya dalam keadaan tidak terkunci karena akan dipindakan ke parkiran.

Saya segera mengambil semua barang-barang yang tersimpan dibagasi jok kecuali obeng dan jas hujan.

"Sampun Mas, saya langsung masuk aja ya." tukas saya dan Dia pun langsung mengantarkan saya ke kamar yang sudah saya pesan sebelumnya dan dia pun berpamit setelah saya masuk ke kamar tersebut.

Setelah cuci muka dengan air dingin, khas dinginnya Magelang, saya pun rebahan di atas dipan yang menurut saya masih sangat luas untuk saya yang ke sini sendirian.

By the way, ini adalah kedua kalinya saya ke RM. Lumayan. Dan ini saya sampaikan kepada pemilik nomor RM. Lumayan pada saat saya memesan kamar.

Foto 2. Chat dengan pihak RM. Lumayan saat akan memesan kamar untuk saya sendiri. Foto Screenshot Chat Whatsapp Sparklepush.com

25 tahun yang lalu ya...? Wow...!

Iya memang, pertama kali saya ke RM. Lumayan (dulu Lumayan Inn) bersama rombongan kursus Bahasa Inggris dasar di Brebes (tempat kelahiran saya) dan kemudian lanjut ke Candi Borobudur.

Saya masih ingat beberapa nama yang masuk dalam rombongan kursus Bahasa Inggris dasar yang pada saat itu berkunjung ke Candi Borobudur untuk ujian native speaking bersama para bule yang berwisata di Candi Borobudur. Berikut aku coba spil nama-nama mereka seingat saya:
  1. Helmi Faqih
  2. Mirzal Ali
  3. Mizanudin
  4. Mba Kiki
  5. Ana Aprilia
  6. Nia
  7. Mia 1
  8. Mia 2
  9. dan yang lainnya lagi yang nggak bisa aku sebutin satu-satu
Berbekal kamera analog yang masih pakai rol film, saya pun mengabadikan beberapa moment dan sempat pula saya cetak dan saya albumkan.

Tapi, karena pengarsipan saya masih buruk kala itu banyak foto yang hilang. yang tersisa hanya 2 lembar foto yang sempat saya digitalisasikan.

Foto 3. Suasana RM. Lumayan (dulu Lumayan Inn) sekitar 25 tahun yang lalu. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Jaman dulu untuk mencetak foto harus melalui proses pencucian dulu dan bisa jadi dalam hitungan hari. Kadang kalau pas penyedia jasa cetak fotonya lagi banyak job, bisa sampai seminggu.

Tapi jaman sekarang sudah serba canggih, dan foto bisa langsung dilihat hasilnya saat itu juga. Wkwkwkw...

Ah sudahlah, sekarang sudah ada Sony A500 dan Sony A6400. Tapi selama perjalanan menuju Candi Borobudur kali ini saya hanya mengandalkan Sony A6400 dan Samsung M15.

Malam pun semakin larut dan waktu sudah menunjukkan pukul 23:30, artinya 30 menit selanjutnya hari sudah berganti ke tanggal 3 April 2025.

Namun sebelum hari berganti, saya sempat membuka laptop untuk meninjau hasil foto-foto dan rekaman Sony A6400 dan Samsung M15 yang saya lakukan selama perjalanan dari Pangkah hingga RM. Lumayan.

Untuk menemani malam yang sepi dan sendiri ini pun saya memutar lagu kesukaan saya dari Band Peterpen: Dilema Besar, Yang Terdalam dan beberapa lagu dari Band Utopia: Serpihan hati, Lentera Cinta, Mencintamu Sampai Mati dan lagu-lagu lainnya yang masuk dalam playlist-ku.

Foto 4. Tinjauan hasil foto dan video dari Sony A6400 dan Samsung M15. Foto Screenshot dokumentasi Sparklepush.com

Entah pukul berapa saya terbangun dari tidur yang (terasa) begitu singkat namun cukup untuk melepas lelah selama perjalanan yang menghabiskan waktu 5 jam lebih.

Usai mandi pagi dan aktivitas lainnya saya pun bergegas keluar dari kamar untuk menikmati suasana pagi di sekitar RM. Lumayan yang menurut saya lokasinya tidak begitu jauh dari Candi Borobudur.

Kalau diingat-ingat sih Lumayan Inn atau sekarang RM. Lumayan ini tidak jauh berbeda pada saat tempo dulu.

Yang berbeda hanya beberapa bangunan disekitarnya yang semakin banyak dan tentu selama kunjungan pertama ke RM. Lumayan hingga sekarang, semakin banyak pula kompetirornya. Alhamdulillah tempat ini masih sanggup bertahan hingga sekarang

Tak jauh dari RM Lumayan ada sebuah pertigaan besar dan juga sebuah pasar tradisional.

Memang rencana dari awal diniatkan jalan kaki dari RM. Lumayan hingga ke Candi Borobudur jadi keluar dari kamar RM. Lumayan sekalian mejeng dulu di Pasar Tradisional Borobudur sambil mengabadikan moment para pedagang yang jualan di pinggir jalan.

Foto 5. Penampakan Tugu Pasar Borobudur saat jalan kaki dari RM. Lumayan - Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 5. Penampakan Tugu Pasar Borobudur saat jalan kaki dari RM. Lumayan - Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Sebenarnya saya lupa-lupa inget ya tentang replika baterai ABC segede gaban yang ada di sekitar Tugu Pasar Borobudur. Kemungkinan sih, sudah ada sejak dulu kala sewaktu pertama kali kemari.

Hal ini membuat saya bertanya-tanya juga soal Tugu Pasar Borobudur ini, apakah termasuk bagian dari Candi Borobudur atau tidak. Alasan saya mempertanyakan ini karena bangunan Tugu Candi Borobudur ini kalau dilihat sepintas kok mirip sama batu-batunya Candi Borobudur.

Semoga Klepusher ada yang mau memberikan informasi yang jelas dan gamblang soal Tugu Pasar Borobudur ini ya. Jangan sungkan-sungkan berdiskusi di kolom komentar.

Foto 6. Gapura Jl. Pramudyawardhani, jalan kaki menuju Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 6. Gapura Jl. Pramudyawardhani, jalan kaki menuju Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Foto 7. Suasana pagi di Pasar Borobudur saat jalan kaki menuju Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 7. Suasana pagi di Pasar Borobudur saat jalan kaki menuju Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Foto 8. Seorang calon pembeli sedang melihat-lihat barang yang akan dibelinya di Pasar Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 8. Seorang calon pembeli sedang melihat-lihat barang yang akan dibelinya di Pasar Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Foto 9. Suasana langit biru Pasar Borobudur yang terhalang oleh awan Cirrocumulus. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 9. Suasana langit biru Pasar Borobudur yang terhalang oleh awan Cirrocumulus. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Posting Komentar

0 Komentar