Suka-duka Bersama Sony Xperia XA

Suka-duka Bersama Sony Xperia XA






Mengawali tahun 2016, Vendor smartphone asal Jepang, Sony meluncurkan produk Xperia kelas entry level-nya dengan nama XPERIA XA.

Ditengah gempuran produk-produk smartphone dari China yang mulai mendominasi pasar.

Model dan fitur teknologi yang bersifat umum, Sony masih terus berusaha keukeuh dengan design yang tidak mau ikut-ikutan.

Sony sepertinya tetap tidak mau "berkiblat" dengan vendor smartphone lainnya.

Tentu ini menjadi peluang bagi mereka yang tidak mau ikut-ikutan beli hape "sejuta umat".

Kalo kamu berfikiri "gak pingin ikut-ikutan" pake hape "sejuta umat" maka sebuah kehormatan bagi saya.

Karena, kali ini sparklepush akan mengulas "Suka-Duka Bersama Sony Xperia XA".

Kebetulan sudah hampir satu tahun lamanya, SONY XPERIA XA menjadi daily driver saya.

Unit Sony Xperia XA ini dibeli di situs Online Shop Blibli.com dengan pilihan warna Graphit Black.


Sebenarnya, nama lengkapnya adalah SONY XPERIA XA DUAL F3116 warna Graphit Black.

Dan berikut ini adalah key feature yang dimiliki:
- Layar 5 2.5D inch HD perlindungan stretch resistance glass
- Dual sim Nano mendukung jaringan lte semua
- Kamera belakang 13 Mp dan depan 8 Mp
- Baterai 2300 maH
- Processor Mediatek Helio P10 mendukung computasi 64 bit
- RAM 2 GB dan Internal Storage 16 GB Expandable upto 256GB dedicated slot
- Material plastic
- Bluetooth, Wifi, NFC




Kesan Pertama.

Yang paling membuat saya berdecak kagum adalah layarnya yang sangat memukau.

Bezelnya tipis abis, bikin sisi kanan dan kiri nyaris tak ber(garis)tepi plus layar lengkung 2.5D.

[caption id="" align="alignnone" width="1600"]Design Layar Bezeless dengan layar lengkung 2.5D Sony Xperia XA Gambar 1: Design Layar Bezeless dengan layar lengkung 2.5D Sony Xperia XA[/caption]

Tipe layar yang diusungnya adalah IPS dengan perlindungan yang tidak diketahui.

Maksudnya, tidak ada keterangan apakah layar IPS Sony Xperia XA ini menggunakan jenis Dragon Trail atau Gorilla Glass.

Keterangan yang saya ambil dari laman Sony tidak menjelaskan spesifik, hanya bertuliskan "Stretch Resistance Glass"

Selain itu, design yang gak “ngiblat” ke hape-hape mainstream dijamannya membuat reviewer kami mengacungkan jempol dua buat Sony.

Ukuran layar yang 5 inchi tapi kerasa seperti 4.5 inchi itu rasanya benar-benar memanjakan telapak tangan.

Kesimpulannya adalah:

Dibalik layar 5", 2.5D Sony Xperia XA yang memukau terdiri atas IPS panel HD dan dibalut pelindung Stretch Resistance Glass.


Beralih ke sektor jaringan.

Sony Xperia XA dibekali juga dengan dual slot nano SIM.

Slotnya sangat accessable berkat design tray yang cukup dicongkel dengan kuku saja.

Jadi nggak perlu ribet pake sim card ejector.

Fitur seperti ini (Sim Tray Tanpa Sim Ejector) bisa dibilang jarang ditemui pada ponsel-ponsel pintar jaman now.

Disamping bolongan sim card tray, ada satu bolongan lagi untuk naruh kartu memori maksimal 256GB.

Saya sendiri belum pernah nyobain pake kartu memori yang kapasitasnya 256GB ini.

Saya pikir buat apa naroh memori sebanyak itu?

Lagian, Di blibli.com, harga terendahnya 1,5 jutaan bahkan harga tertingginya sampe angka 2 jutaan.

Harga terendah dan tertingginya bisa jadi 11-12 dengan harga Sony Xperia XA ini (baru) dan/atau yang second.

[caption id="" align="alignnone" width="600"]Simtray ejector cukup pakai kuku Gambar 2. Simtray ejector cukup pakai kuku[/caption]

Dan menurut saya, ini (Congkel Pake Kuku) adalah identitas produk smartphone Sony.

Ini sangat memudahkan pengguna bila saat ingin ubah operator seluler.

Kebetulan saya juga pakai 2 opertor jaringan selular dan sudah saya coba keduanya di jaringan LTE.

Satu demi satu,

Operator 1 di slot sim 1 bisa menangkap sinyal 4G,

kemudian giliran operator 2 di slot sim 2 juga dapat sinyal 4G.

Jika dibolak-balik pun hasilnya sama,

Ya, sama-sama bisa nongolin sinyal 4G.

Kemudahan ini membuat saya nggak perlu pindah-pindah kartu buat nentuin kartu internet.

Kesimpulannya, dukungan jaringan 4G baik slot sim 1 ataupun slot sim 2, keduanya bisa menangkap sinyal 4G.

Featur dual sim dan dua-duanya support 4G Lte membuat saya semakin suka Xperia XA.


Sampai sini (dukungan jaringan), pengalaman saya lebih banyak sukanya dari pada dukanya.

Sayangnya, sejak saya menggunakan Xperia XA Dual ini banyak yang mengeluh pada saya.

Keluhan yang teman-teman laporkan ke saya yaitu nomor saya lebih susah dihubungi dibanding sebelumnya.

Hmmm, kenapa yah?

Mungkin ini bagian dari duka kali yah...!?




Sony Xperia XA Dual dibekali camera berkekuatan 13MP kamera utama dan 8MP bagian depan.

Salah satu alasan kenapa saya pilih Xperia XA Dual ini adalah "image" Sony sebagai brand kamera terbaik.

Sony banyak menghasilkan deretan produk kamera poket atau SLR yang menurut saya tidak perlu diragukan.

Saya sendiri pernah menulis artikel tentang rekomendasi kamera mirror-less bagi traveler disini.

Namun sayangnya, menurut saya kamera ini hasilnya biasa-biasa saja.

Bahkan, saya pernah membandingkan kecepatan auto focus kamera Sony Xperia XA vs Blaupunkt Sonido X1+.

Berdasarkan eksperimen yang pernah saya lakukan, Blaupunkt Sonido X1+ mengunci fokus lebih cepat dibanding Xperia XA.

Kelebihan dari kamera utama milik Sony Xperia XA antara lain:

  • Sudah ada AR Effect.

  • Zoom yang smooth khas Sony.

  • Dapat diatur mode manual.

  • Soft skin effect (Kamera Depan)

  • Tombol fisik shortcut kamera.


Itulah fitur unggulan yang terdapat pada Kamera Sony Xperia XA.

Berikut ini adalah beberapa contoh hasil jepretan Sony Xperia XA

Tanaman Hias Gantung Noname
Sony Membekali Xperia XA hanya dengan Baterai 2300Mah tapi kuat seharian penuh dengan syarat dan ketentuan

Dengan bekal yang segini (Baterai 2300Mah) dengan harga 2.6jutaan menurut saya banyak pilihan lain dengan baterai yang lebih besar.

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Xperia XA Dual ini mampu seharian penuh pake "Syarat & Ketentuan"

Syaratnya harus pake stamina mode dan ultra stamina mode.

Stamina Mode dan Ultra Stamina Mode adalah dua fitur dalam pengaturan yang memungkinkan mengurangi beberapa fitur lain.

Tentunya semakin banyak fitur yang dijalankan akan banyak memakan daya baterai dan memper pendek umur baterai juga.

Fitur yang paling banyak dipangkas adalah Ultra Stamina Mode.

Ultra Stamina Mode memungkinkan pengguna Xperia XA Dual ini memperpanjang durasi ketahanan baterai.

Sayangnya, jika Ultra Stamina mode ini diaktifkan, pengguna tidak akan bisa internetan, youtuban, sosmedan, dll.

Smartphone ini berpindah menjadi Foolphone karena tidak lagi bisa internetan. Meskipun beberapa aplikasi bawaan bisa.

Kamera, sms, telpon, main musik, buka galery, Radio, Jam, adalah beberapa fitur yang dapat dijalankan.

Hahaha, rasanya kaya punya hape pintar tapi nggak pintar-pintar amat.

Selain itu,

Baterai berkapasitas 2300Mah ini disuruh kerja untuk menyuplai otak Octacore Helio P10, Panel IPS, Lalu-lintas data internet dan lainya.

So, apakah benar bisa bertahan seharian penuh?

Jawabannya adalah tetep bisa meskipun harus dengan syarat pilih dua mode penghemat baterai.

Stamina Mode dan Ultra Stamina Mode.




Helio P10 berkomputasi 64bit yang bisa diandalkan.

Yah, dari beberapa spek yang agak ngecewain, lain halnya dengan ditambahnya Xperia XA dengan processor di dalamnya.

Processor Helio P10 menjadi otak dari smartphone Sony Xperia XA Dual.

Dengan kekuatan Octa-core (4x2.0 GHz Cortex-A53 & 4x1.0 GHz Cortex-A53), smartphone menengah ini mampu menjalankan game berat.

Salah satu game berat yang pernah dicoba adalah Asphalt 8. Bahkan, dicoba dengan grafis tertinggi.

Performanya lumayan lancar, meskipun untuk mode grafis tertinggi harus mengorbankan task yang lain.

Selain buat Gaming, Untuk menjalankan file Excel berukuran besar pun sangat mudah.

Saya sering menggunakan Excel, jadi ketika saya tidak bawa laptop dan perlu mempresentasikan data cukup dengan membukan-edit di smartphone.

Body Xperia XA Dual berbahan plastik, tapi dengan frame metal yang menawan.

Dengan body berbahan plastik yang sekedarnya, bikin terasa licin di telapak tangan. Resiko jatuh dari genggaman tinggi.

Solusi dari ini, cukup menambahkan casing pelindung yang bisa melindungi smartphone dari benturan.

Selain dapat melindungi ponsel dari benturan, penggunaan casing juga dapat mengatasi kekurangan body yang terasa licin.

Saya menggunakan Nilkin untuk mengatasi ini.

Selain dapet casing untuk Sony Xperia, dapat juga screen protector dalam paket pembeliannya.

Cuman, setelah pemakaian 6 bulan lebih, saya memutuskan untuk melepas screen protectornya.

Alasannya, karena bosan dan terlihat kurang eyecatching.

Sebenarnya, tanpa diberi pelindung layar, panel IPS Sony Xperia XA ini sudah dibekali perlindungan Strech Resistance Glass kok.

Saya sudah membahasnya di awal-awal tadi.

Sehingga penggunaan screen protector bisa dibilang penting-gak-penting, menurut saya.

Jadi, saat ini saya biarkan tanpa screen protektor.

Body yang tidak All Metal, menurut saya untuk smartphone kelas 2 juataan ini cukup nalar.

Tapi soal kelicinan, menurut saya ada pilihan lain dengan berbahan yang lebih baik dan tidak licin meskipun sesama plastik.

Sampai sini saya agak kurang puas. Meskipun ketidak puasan ini terobati dengan frame metal dan ada 2 lubang microphone.

Apa hubungannya dengan 2 microphone?

Jadi, pada body Xperia XA ini terdapat 2 lubang micrphone terpasang pada bagian bawah dan atas.

Pada bagian bawah ditempatkan diantara speaker dan usb 2.0 port.

Sedangkan pada bagian atasnya ditempatkan bersebelahan dengan audio jack 3.5 mm.

Fungsinya akan sangat terasa ketika dipakai untuk membuat video.

Suara pada video jadi terekam lebih jelas dibandingkan hanya menggunakan 1 microphone.

Pindah ke koneksi.

Dapet USB Port 2.0 yang katanya sudah support fast charging. Lumayan lah, nggak terlalu berduka-berduka amat.

Selain itu, dapet NFC atau singkatan dari Near Field Communication

Komunikasi jarak-dekat merupakan bentuk komunikasi nirkabel jarak-pendek di mana antena yang digunakan lebih pendek daripada gelombang sinyal operator

Sebenarnya, gak semua vendor smartphone yang membuat produk range menengah menambahkan fitur ini.

Dan Sonya melakukannya dengan baik pada Xperia XA.

Penambahan konektifitas NFC ini mebuat saya suka daripada duka.

Dukanya, kebanyakan partner kerja atau kolega, teman atau sodara, belum ada yang punya NFC.

Jadi, untuk kirim file secara nir kabel tetap menggunakan bluetooth.

Atau, untuk memutar musik dengan wireless speaker, juga menggunakan bluetooth.

Kebetulan saya punya Logitech X100 yang sering saya pakai untuk memutar musik.

Yah,

Alhasil, koneksi NFC tidak pernah digunakan selama ini.

Itulah Suka-duka Bersama Sony Xperia XA yang saya pakai sudah hampir 6 bulan lebih.

Artikel tentang Suka-duka Bersama Sony Xperia XA ini menurut saya bukanlah sebuah review seperti yang dilakukan oleh bangripiew.

Mungkin kamu sudah pernah nonton BANGRIPIU di youtube berikut.



Ripiu yang sangat bagus Bang.

Semoga artikel tentang "Suka-duka Bersama Sony Xperia XA" ini bermanfaat.

Posting Komentar

0 Komentar