Menikmati Perjalanan Menuju Malioboro, Jogjakarta via Jalan Jalur Lintas Selatan Jawa (JLS) (intro).

Jalan. Malioboro Jogjakarta
Malioboro, Yogyakarta. Foto dokumentasi sparklepush.com

Ibarat kata pepatah "Banyak Jalan Menuju Roma", begitu pula jalan menuju Malioboro. Sebuah jalan yang menjadi salah satu daya tarik pemikat wisatawan baik lokal, interlokal bahkan internasional di sebuah daerah yang diistimewakan oleh Republik Indonesia yang bernama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pernah nggak terlintas sebuah pertanyaan kenapa diberi nama Malioboro?

Nah, nama sebuah jalan umumnya diberikan dengan nama pahlawan nasional, nama bunga, gunung, binatang, raja, atau tokoh-tokoh lainnya, namun di Jogjakarta kita dapat menemukan sebuah jalan yang diberi nama Malioboro.

Mari kita simak sejarah singkat nama jalan Malioboro sebelum kita membahas menikmati perjalanan menuju Malioboro, Jogjakarta via jalan Jalur Lintas Selatan (JLS), sebuah jalur transportasi darat yang melintas sepanjang pesisir pulau jawa di bagian selatan.

Ada beberapa pendapat tentang penamaan Jalan Malioboro.

1. Jalan Malioboro ini berasal dari bahasa sansekerta yaitu malyabhara. Kata ini memiliki arti Karangan Bunga. Kemudian hal ini dikaitkan dengan kejadian-kejadian pada masa lalu dimana pada setiap upacara besar, di sepanjang jalan ini banyak sekali terdapat karangan bunga sehingga orang-orang pada masa itu menamakan jalan yang dipenuhi bunga tersebut dengan nama Malyabhara dan sekarang bergeser menjadi Malioboro. 

2. Nama jalan Malioboro diilhami dari seorang Inggris yang memiliki kekuasaan pada masa kolonial itu yaitu Marlborough. Marlborough tinggal di Tanah Air selama 1811- 1816 M. 

Nah itulah 2 pendapat tentang penamaan Jalan Malioboro yang beredar di dunia maya. 

Namun selain hal tersebut, jalan Malioboro ini bukan sekedar jalan biasa, tapi juga sebagai saksi kekuatan para pejuang kemerdekaan dalam pertempuran hebat yang terjadi pada Serangan Umum 1 Maret 1949.

Dan untuk mengenang peristiwa tersebut dibuatkanlah monumen.

Kali ini, sparklepush akan mengulas jalan-jalan menuju Jl. Malioboro via jalur Pansela yang cukup terkenal yaitu Jalan. Jalur Lintas Selatan atau sering disingkat JLS. 



Jika diperhatikan dari Google Map, Jalur Lintas Selatan itu start dari Perempatan JLS yang berada di desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring. Kecamatan Puring sendiri merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Kebumen dengan 23 desa di dalamnya. 

Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki garis pantai, Kabupaten Kebumen ini memiliki tempat wisata yang cukup populer dikalangan traveler yaitu Goa Jatijajar, Tempat Wisata Pantai Menganti, dan masih banyak lagi tempat wisata pantai lainnya.

Jalan JLS berakhir di sebuah bundaran pertigaan Wiromartan dengan dipertemukannya Jalur Lintas Selatan dan Jalan Daendels.


Ya, begitulah mukodimah selintas tentang JLS. Sebuah jalan yang sparklepush.com lalui untuk dijadikan rute jalan-jalan menuju Jalan Malioboro.

Sparklepush.com mengawali perjalanan menuju Malioboro, Yogyakarta sekitar pukul 1 dinihari dengan harapan bisa menikmati udara subuh di Jalan Malioboro dan bisa memotret suasana disekitar jalan yang terkenal sedunia ini.


Namun bukan penikmat jalan-jalan namanya kalu tidak bisa mengabadikan moment-moment di sepanjang perjalanan yang kita lalui. 

Berhubung sparklepush.com berangkat pada waktu malam (sekitar 01:00 WIB start dari Jalan DI Panjaitan Purwokerto), jadi tidak bisa memberikan gambaran bagaimana keadaan di sekitar kanan dan kiri jalan.

Yang kami rasakan waktu itu ya cuma 1, SEPI.

Ya. 

Sepi...!

Jalan JLS (Jalur Lintas Selatan) yang saya kira akan ramai dipenuhi oleh kendaraan transportasi barang dan orang seperti Bus, Tronton, atau truck gandeng seperti yang kami lalui sepanjang jalan di DI Panjaitan - Sokaraja dan beberapa ruas jalan di Sumpyuh, ternyata tidak saya temui satupun dari mereka. 

Tak lama kemudian, Sparklepush.com pun menjumpai sebuah perkampungan. 

"Lha? memangnya dari tadi nggak lewat perkampungan ya?"

Ya, lewat sih. cuman ya baru sempet aja ambil kamera dan baru sadar juga kalau kita sudah menghabuskan waktu sejam lebih cuma riding doang. 


Suasana Jalur Lintas Selatan 26-03-2023 sekitar pukul 02:39 PM. Foto dokumentasi Sparklepush.com


Kalau kendaraan box debel, sempat kita jumpai. Mereka beriringan 3 mobil sekaligus. Sepertinya mereka membawa logistik atau dari jasa expedisi, kira saya. Kan nggak mungkin juga nyetop mereka cuma mau nanya: "Bawa apaan, Bang?". Nanti malah dijawab "Kamu nanya...?". Kata-kata yang lagi tren di kalangan milenial.

Dokumentasi berikutnya adalah sebuah menara mercusuar yang berada di Pantai Tanggulangin, Kebumen.

Lampu menara khas Mercusuarnya terpancar menyorot hingga menarik perhatian kami dan kamipun sempat terhenti untuk mengabadikannya.

Dari JLS, Menara Mercusuar Klirong di Pantai Tanggulangin bisa dinikmati. Foto dokumentasi sparklepush.com


Kita sempet berhenti sejenak untuk mengabadikan pancaran cahaya lampu sorot khas mercusuar dan tergoda untuk mendekat. Namun karena mempertimbangkan jarak dan waktu dari Tanggulangin menuju Malioboro masih cukup jauh, keinginan untuk lebih dekat dengan mercusuar ini pun diurungkan. Berharap suatu hari nanti Sparklepush.com bisa kembali ke sini dan mengulas lebih dalam tentang menara ini dan share keindahan-keindahan lain di sekitarnya.

Perjalanan pun berlanjut ke timur, menuju Jalan Malioboro, sebuah destinasi wisata yang kali ini menjadi target jalan-jalan sparklepush.com. 


Sekitar beberapa menit dari lokasi mercusuas Klirong, sparklepush.com menjumpai sebuah jembatan yang dibawahnya mengalir sungai. Entah sungai apa namanya. Sungai ini terbilang cukup luas ya.

Melihat jembatan yang satu ini jadi inget setahun yang lalu pernah melewati sebuah jembatan yang cukup indah di sekitar rute jalan-jalan menuju solo. Jembatan ini cukup unik karena ditengah temaramnya malam, Jembatan ini nampak indah dan cantik, Kalau nggak salah sih ini di sekitar Temanggung. CMIIW.


Ternyata foto ini sudah hampir genap 1 tahun ya, dan baru ditongolin di Sparklepush.com. 


Berbeda dengan foto yang sparklepush.com ambil ketika menikmati perjalanan menuju Malioboro, Jogjakarta via Jalan Jalaaur Lintas Selatan Jawa (JLS). 

Jembatan yang tak ber-rangka atas ini sepertinya jika dilihat di siang hari itu menawarkan pemandangan laut yang indah khas Pantai Selatan Kebumen.

Situasi selama pemotretan jembatan disini mulai cukup ramai dengan truck bak terbuka dan beberapa mobil niaga yang mulai bersliweran. 

Maklum, sparklepush.com sampai di jembatan ini sudah di pukul 02.46 Dini hari.

1 hal yang bikin saya kaget. 

Jam segini ada orang yang masih mancing di pinggir Jembatan, lho. Ediyan Tenan maseh, bener-bener menjiwai hobi.

Suasana Jembatan Ayamputih pada pukul 02:46 WIB. Foto dokumentasi sparklepush.com

Perjalanan pun terus berlanjut. 

Setelah melewati jembatan ini, sparklepush.com menjumpai sebuah rest area yang cukup luas yang bernama Rest Area H. Tino. 

Jarak dari Jembatan Ayamputih ini menuju Rest Area H. Tino sebenarnya tidak terlalu lama jedanya yaitu cuma selisih sekitar 9-10 menit dari lokasi jalan jembatan Ayamputih. 

Menawarkan banyak menu, Restoran Rest Area H. Tino ini menjadi destinasi untuk beristirahat dari perjalanan para pengguna jalan Jalur Pantai Selatan baik dari arah Yogyakarta atau ke arah Yogyakarta seperti sparklepush.com

Penampakan Rest Area H. Tino yang menawarkan Sate Ayam Ambal. Foto dokumentasi sparklepush.com

Di papan reklame yang begitu besar tertera menu utamanya yaitu Sate Ayam Ambal. 

Sebenarnya sate ayam ambal itu sate ayam yang bagaimana ya? Apakah sama dengan sate ayam madura yang biasa klepusher jumpai di pinggir-pinggir jalan?

Apakah ada bedanya antara sate ambal dengan sate madura?

Atau mungkin apa ada pembeda antara sate ambal dengan sate kambing?

Pertanyaan seputar sate ambal ini benar-benar berkecamuk di dalam otak kanan dan kiri saya pada waktu itu.

Untuk menjawab rasa penasaran saya, akhirnya pertanyaan tentang sate ambal ini dialamatkan ke mesin pencari google dengan pertanyaan "yang membedakan sate ayam ambal dengan sate ayam madura"

Jawaban teratas atas ketikan pertanyaan tadi didapat dari situs ksmtour.com

Point yang saya dapatkan dari jawaban tersebut adalah:

Sate madura lebih mengandalakan kacang tanah sebagai bumbu sambelnya. Benar kan...!

Tapi sate ayam ambal ternyata tidak seberti sate ayam madura yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan dasar untuk pembuatan sambal.

Sate ayam ambal menggunakan racikan sambal tempe pedas, jahe dan rempah-rempah lainnya. Jadi tambah penasaran nih gimana rasanya. 

Mungkin suatu hari nanti perlu ada review kuliner sate ayam ambal supaya klepusher juga tahu bagaimana rasanya menyantap sate ayam ambal.

Tapi, kita saat ini tidak sedang mengulas tentang kuliner khas daerah. Kita sedang diburu waktu untuk mengejar sepagi mungkin berada di Jalan Malioboro.

Jadi, PR kuliner nih.

Perjalanan pun terus berlanjut menuju Jalan Malioboro. Kami pun akhirnya mlipir di sebuah SPBU sebelah kanan jalan. SPBU TLOGO PRAGOTO ini menjadi persinggahan sparklepush.com untuk rehat sejenak mengendurkan otot-otot kaku selama riding dari DI Panjaitan Purwokerto.

Dini hari ini, ketika sparklepush.com sampai di SPBU Tlogo Pragoto pukul 3:06 PM WIB nampak begitu sepi. Hening. 

Suasana Hening di SPBU Tlogo Pragoto, Kabupaten Kebumen. Foto dokumentasi sparklepush.com


Nongkrong di SPBU Rest Area ini bikin kamu betah dan kembali rileks. Oleh pihak SPBU disediakan bangunan seperti saung yang di hiasi lampu penerangan yang unik dan klasik. 

Kamipun menghabiskan waktu cukup lama di sini. Perkiraan, sparklepush.com rehat cukup lama ya itu kira-kira 30 menit untuk streching dan minum air putih serta bekal roti yang telah disiapkan sebelum memulai perjalanan menuju Malioboro yang indah untuk dinikmati.

Suasana di SPBU Tlogo Pragoto Pukul 3:00 Dini hari menjelang subuh 26/02/2023. Foto dokumentasi sparklepush.com

Usai melepaskan lelah selama kurang lebih 30 menit di SPBU Rest Area Tlogo Pragoto, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan Menuju Malioboro, Jogjakarta via Jalan Jalur Lintas Selatan Jawa yang baru perktama kali ini kita lalui.

Dari Rest Area SPBU Tlogo Pragoto ini menuju jalan malioboro via Jalur Lintas Selatan masih berjarak sekitar 74,2 Km dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 1 Jam, 41 Menit. Jadi masih cukup jauh ya. Tentunya harus tetap menjaga vitalitas tubuh agar tetap prima selama melakukan perjalanan malam. 

Saat kami tiba 2 orang rider masih beristirahat sangat lelap sekali, semoga saja mereka tetap sehat wal afiat.

Bukan hanya mereka berdua ya, sederet kendaraan pribadi roda empat pun masih berjejeran. Mungkin mereka akan melanjutkan perjalanan mereka via Jalur Lintas Selatan setelah menunaikan sholat subuh, biar nggak nanggung. 

Memang, jarak antar SPBU di jalur Lintas Selatan sangat berjauhan. Make sense kalau mereka lebih memilih menunggu waktu subuh datang serta menunaikan sholat subuh dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
 
Seperti kami juga yang harus melanjutkan perjalanan ini menuju Jalan Malioboro.

Perjlananan pun berlanjut dan jalan-jalan jalur lintas selatan sepertinya akan segera berakhir dengan dipertemukannya jalur lintas selatan dengan jalan Daendels tepat di pertigaan Wiromartan atau di google map dikenal juga dengan sebutan Bunderan Wiromartan.

Tepat di pukul 3:42 WIB kami pun berhenti untuk mengabadikan kesunyian di pertigaan bunderan Wiromartan, kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen.

Suasana Bunderan Wiromartan dini hari pukul 3:42 Minggu 26 Maret 2023. Foto dokumentasi sparklepush.com

Setelah melewati bunderan ini, berakhirlah jalur lintas selatan di Jawa Tengah. Jadi, sekarang sparklepush.com jalan-jalan melewati Jalan Daendels untuk menuju Jalan Malioboro.

Sayangnya, di tengah perjalanan menuju Jalan Malioboro via Jalan Daendels ini mata kami tergoda menlihat gemerlapnya lampu yang banyak sekali, berjejeran di suatu tempat yang kelihatannya tidak begitu jauh dari jalan raya yang kami lewati saat itu yang ternyata gemerlap lampu itu adalah Bandara Internasional Yogyakarta.

Kami pun mengobati rasa penasaran ini dan menghampirinya. 

Suasana YIA dikala menjelang subuh. Foto dokumentasi sparklepush.com

Masuk ke Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) cuma bayar Rp. 5000 saja tapi sayangnya, kita belum ada keberanian untuk masuk lebih dalam hingga bisa memotret pesawat saat parkir di darat. Jadi cuma sampai parkiran saja. Sungguh keisengan yang un-faedah tapi seru juga sih.

Puas muter-muter di sekitar halaman depan dan gapura YIA, kami pun melanjutkan tujuan utama yaitu Menuju Jalan Malioboro. 

Setelah bertolak dari Gapura Bandara YIA, kami sempet terhenti sejenak di sebuah lampu merah karena di waktu menjelang subuh tiba-tiba saja hujan turun dan kami ngiyub sebentar di sebuah teras rumah warga setempat sambil menunggu hujan reda.


Untungnya, hujan yang turun di waktu menjelang subuh ini tidak begitu lama walaupun dirasa cukup deras tapi cuma sekejap saja.

Karena tidak melihat masjid atau mushola, kami pun terus melanjutkan perjalanan sambil nyari-nyari mesjid yang letaknya berada di sebelah kiri jalan supaya nggak perlu nyebrang-nyebrang. 

Alhamdulillah, akhirnya nemu juga masjid yang berada di pinggir jalan.

Di sini ternyata partner saya "tumbang", tak kuasa menahan lagi rasa ngantuk dan akhirnya teras masjid menjadi "kasur empuk" untuk beristirahat sejenak.

Partner Jalan-jalan Ke Malioboro tertidur. Foto dokumentasi sparklepush.com

Selagi partner jalan-jalan ke Malioboro tertidur, hasrat pencet-pencet kameraku masih mengalir di kedua tangan. 

Hamparan sawah sekitar Masjid di jalan menuju Malioboro. Foto dokumentasi sparklepush.com

Inilah persinggahan kami yang terakhir setelah melewati drama Dompet partner sparklepush jalan-jalan hilang/tertinggal di suatu tempat dan kami pun harus putar balik ke arah Bandara Internasional Yogyakarta.

Untungnya si dompet diselamatkan oleh orang yang menemukannya. Kami pun mengucapkan rasa terima kasih yang paling dalam dan berdoa untuk kebaikan beliau karena telah menyelamatkan dompet beserta isinya.

Posting Komentar

0 Komentar