Kesabaran Menurut Pandangan Islam


Ada 3 Kesabaran Menurut Pandangan Islam.

  1. Kesabaran dalam ketaatan
  2. Kesabaran dalam menahan diri dari kemaksiat.
  3. Kesabaran dalam menghadapi musibah.





Saudaraku....

Kata sabar adalah kata yang sering kita dengar.

Kata ini sering muncul disaat kita mendapatkan musibah seperti, kehilangan seseorang, kecelakaan, menderita sakit, dipecat, dsb.

Pokoknya serba yang nggak enak deh.

Bahkan, kadang kita sendiri kalau pas lagi ada temen yang kena musibah seperti disebutkan tadi, juga bakalan bilang SABAR.

Kata sabar itu nggak mungkin keluar disaat kamu sedang happy merayakan akad nikah.

Nggak mungkin keluar juga disaat kamu dapet hadiah yang kamu idamkan selama ini.

Sabar itu sebuah kata yang terkadang orang bisa mengucapkannya tapi belum tentu bisa tegak pula diatasnya. Tapi setidaknya dia telah memberikan simpati ke kamu.

Lantas apa sebenarnya sabar itu...?

Jangan sampai kita sering mengatakannya tapi tidak tahu maknanya.

Menurut KBBI Sabar adalah:

sa.bar

Terdiri dari 5 huruf dan 2 suku kata. 3 konsonan dan 2 vocal.

S-A-B-A-R.

¹) tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah.

²) tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

Jadi, sudah jelas yah, SABAR menurut kamus besar bahasa Indonesia.

Apakah SABAR dari sudut pandang Islam?

Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan.¹

Dan menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya.¹

Jadi jika dapat ditarik kesimpulan bahwa, menahan diri untuk tidak tergesa-gesa, terburu nafsu, tidak mudah marah dan tak mudah putus asa serta pantang mudah patah hati merupakan kan bagian dari kesabaran.

Benarkah kesabaran dapat mengantarkan kita ke Surga?

Surga adalah sebaik-baik tempat untuk kembali.

Tempat ini banyak sekali memberikan tawaran kenikmatan yang berkali-kali lipat dari kenikmatan dunia.

Namun untuk meraihnya, tentu, butuh perjuangan.

Ya, perjuangan sobat...!

Perjuangan dalam ketaatan terhadap apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Allah Sang Pemilik Surga.


Perjuangan itu bukan sekedar adrenalin menyala-nyala. Tapi dalam perjuangan ini kita juga membutuhkan sabar.

Betul, seperti yang sudah tersurat di awal artikel ini, yaitu sabar dalam ketaatan.

Nah, mulai sekarang, mari introspeksi...! Sudah sedemikian sabarkah diri ini dalam menegakkan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya?

Kesabaran dalam menahan diri dari kemaksiatan

Maksiat adalah tindakan seseoarang yang melanggar hukum Allah.

Kemaksiatan erat kaitannya dengan syahwat seperti zina, hasad, syirik dan lainnya yang sejalan dengan syahwat.

Terkadang seseorang mampu bersabar dalam ketaatan namun sewaktu-waktu ujian dalam kemaksiatan menghampiri sehingga keimanannya jadi melemah.

Maka jika demikian adanya, hendaknya sesegera mungkin berpaling dari kemaksiatan.

Ingatlah bahwa Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا

Dan janganlah kalian mendekati zina.

Maksud dari ayat ini adalah Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya. Demikianlah penjelasan dari tafsir Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)

Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)²

Kesabaran dalam menghadapi musibah

Musibah bisa datang kepada siapapun, tak diinginkan, tak direncanakan, tapi ada kemungkinan (secara tidak sadar) kita sendiri yang mengundangnya.

Musibah seberti kematian, sakit, kecelakaan, berakhirnya bahtera rumah tangga dan musibah lainnya memang harus dihadapi dengan sabar.

Karena dengan bersabar, tidak membuat kita terburu-buru dalam mengambil kepustusan walaupun keputusan terburuk sekalipun.


Hal ini diperlukan agar kita siap menghadapi kenyataan yang akan hadir setelah keputusan yang kita buat tadi.

Tidak ada cara lain untuk mengatasi pasca musibah selain sabar dalam menerima takdir.

Tidak semua takdir itu baik, tidak semua takdir itu juga buruk. Baik dan ataupun buruk, toh, kita tetap harus ikhlas dan bersabar menghadapinya.

Karena penyesalan, ketidakterimaan, pengandaian yang kita lakukan setelah musibah itu datang tidak akan membalik keadaan seperti yang kita inginkan.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. [al Baqarah/2 : 45-46].

Ibnu Katsir rahimahullah, dalam Tafsir al Qur`ani al ‘Azhim (1/89) menjelaskan tentang ayat ini bahwa “Allah memerintahkan hambaNya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pijakan bantuan dalam meraih apa yang mereka harapkan dari kebaikan dunia dan akhirat”.




Janji Allah itu pasti.


Seperti berita yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Jika mau sabar, bagimu surga. Jika engkau mau, aku akan berdo’a pada Allah supaya menyembuhkanmu.” Wanita itu pun berkata, “Aku memilih bersabar.” Lalu ia berkata pula, “Auratku biasa tersingkap (kala aku terkena ayan). Berdo’alah pada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berdo’a pada Allah untuk wanita tersebut, (HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576).
 


Sumber:
https://www.islampos*com/ini-sabar-menurut-pandangan-islam-33150/
https://www.darussalaf*or.id/tafsir/awas-jangan-dekati-zina/
Featured image by Jon Tyson on Unsplash

Posting Komentar

0 Komentar