No Plan! Just Sony A500 + 55-200mm Lens dan Kehidupan Dibalik Tambak Jalingkut Brebes

No Plan! Just Sony A500 + 55-200mm Lens dan Kehidupan Dibalik Tambak Jalingkut Brebes
No Plan! Just Sony A500 + 55-200mm Lens dan Kehidupan Dibalik Tambak Jalingkut Brebes 


Sekitar 3 tahun yang lalu, dalam kegabutan saya yang libur kerja setelah perayaan hari kemerdekaan Indonesia ke 77, tanpa rencana dan tanpa teman perjalanan, saya membawa Sony A500 + lensa 55-200mm untuk mengabadikan kehidupan dibalik Jalur Lingkar Utara yang diselimuti oleh bentangan tambak, rumah-rumah penduduk dan hiruk pikuk kendaraan.


Setelah selesai parkirin Si Suzuki Smash Fi di salah satu pematang tambak yang cukup lebar, saya siapkan Si Sony A500 yang kali ini cuma saya pasangin lensa zoom telefoto medium besutan Sony 55-200mm.

Foto 1. Parkirin Si Suzuki Smash Fi. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 1. Parkirin Si Suzuki Smash Fi. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Suzuki Smash Fi ini sudah lama menemani saya kemanapun saya pergi. Seperti hari ini 18 Agustus 2022 saya ajak ke daerah pesisir (Desa Kedunguter dan Kaliwlingi) untuk melihat ada apa saja (yang bisa saya abadikan) di sini.

Saya kemudian tertarik dengan akar-akar tunjang pohon bakau yang sering dijadikan pembatas tambak. Dan ternyata selain menjadi pembatas tambak satu orang dengan yang lainnya, akar-akar ini memiliki peran untuk kehidupan kepiting.

Foto 2 di bawah ini menjadi salah satu bukti bahwa kepiting air payau membutuhkan akar tunjang untuk rumah, pelindung dan hal-hal lainnya yang ia butuhkan dalam kehidupannya.

Terkadang, kita memandang remeh temeh keberadaan mahluk kecil ini yang ternyata bermanfaat sekali dalam ekosistem air payau atau ekosistem bakau.

Dalam jurnal-jurnal ilmiah tentang kehidupan flora dan fauna, Kepiting air payau atau kepiting bakau sangat berperan dalam ekosistem terutama sebagai dekomposer bahan organik, bioindikator kualitas perairan, predator dan mangsa dalam rantai makanan, serta penjaga struktur sedimen dengan meningkatkan sirkulasi oksigen melalui aktivitas menggali lubang di hutan mangrove.

Sampai sini saya kicep, mahluk kecil berkaki 8 + 2 tangan capit ternyata berperan penting dalam ekosistem yang manfaatnya tidak kita rasakan secara langsung namun jika dia benar-benar hilang menjadi penanda semakin tidak sehatnya lingkungan kita. Subhanallah (سُبْحَانَ اللهِ)

Foto 2. Kepiting Bakau hidup di antara akar tunjang pohon mangrove. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 2. Kepiting Bakau hidup di antara akar tunjang pohon mangrove. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Lokasi foto Kepiting Air Payau atau Kepiting Bakau ini berada di Desa Kedunguter dekat sekali dengan perbatasan Desa Kaliwlingi, saya tunjukkan pada Foto 3 di bawah.

Uniknya di hari yang terik itu, dia masih aktif padahal Kepiting Air Payau atau Kepiting Bakau umumnya lebih aktif di malam hari. Ini membuat saya bertanya-tanya apakah ini kepiting bakau beneran atau kepiting bakau jadi-jadian? Wkwkwkw

Foto 3. Dari atas; Citra satelit area tambak Kedunguter dan Kaliwlingi, Desa Kedunguter, Bakau dan pembatas tambak, pohon bakau di sekitar tambak Kedunguter. Foto dokumentasi Sparklepush.com 18 Agustus 2022
Foto 3. Dari atas; Citra satelit area tambak Kedunguter dan Kaliwlingi, Desa Kedunguter, Bakau dan pembatas tambak, pohon bakau di sekitar tambak Kedunguter. Foto dokumentasi Sparklepush.com 18 Agustus 2022

Saya jadi ingat kalau di daerah persawahan air tawar juga ada kepiting air tawar atau bahasa lokalnya Yuyu.

Kepiting Air Payau vs Kepiting Air Tawar apakah sama?

Jawabannya adalah BEDA. Secara habitat antara kepiting sawah atau Kepiting Air Tawar berbeda satu sama lain.

Jadi jangan disamakan walaupun apa yang saya lihat di antar akar-akar tunjang pohon bakau ini terlihat lebih mirip Yuyu atau kepiting sawah dibanding dengan Kepiting Bakau yang umum beredar di Internet.

Untuk menambah wawasan kita, saya googling dan mendapatkan video tentant Kepiting Bakau. Klepusher bisa tonton langsung di sini:


Ternyata antara Kepiting Bakau vs Kepiting Air Tawar tak hanya beda habitat tapi berbeda pula dalam nilai ekonomis.

Kepiting Bakau lebih punya nilai ekonomis yang tinggi dibanding dengan Kepiting Air Tawar a.k.a Yuyu.

Kenapa Kepiting Bakau Punya nilai ekonomis tinggi? karena Kepiting Bakau punya rasa yang lebih enak dan juga memiliki kandungan gizi tinggi.

Kapan-kapan kita coba explore daerah penghasil Kepiting Soka, yang katanya punya kulit lunak. Di Brebes, katanya ada sentra budidayanya kepiting soka yaitu di Desa Kaliwlingi. Desa ini cukup populer setelah adanya kawasan hutan mangrove, dan Sparklepush.com pernah berkunjung ke sini untuk menikmati suasana sunsetnya.

👉Baca juga: Berburu Sunset di Hutan Mangrove Kaliwlingi Brebes


Dalam keheningan, saya merasa ada yang diam-diam memperhatikan saya. Jujur, ini hiperbola sih 😁

Ada sebuah mahluk kasat mata namun dia menyamar hampir sempurna dengan tempatnya. Dia adalah Londok.

Tapi....

Londok yang satu ini kok agak beda?

Ia berwarna coklat. seperti tempat dia hinggap, batang pohon selong yang hitam dan kecoklatan. Hampir sempurna serupa namun bagi mata saya tetap tertangkap oleh sensor mata.

Foto 4. Londok Coklat, Berkamuflase di Batang pohon. Area Tambak Kedunguter, Kab. Brebes. Foto Dokumentasi Sparklepush.com
Foto 4. Londok Coklat, Berkamuflase di Batang pohon. Area Tambak Kedunguter, Kab. Brebes. Foto Dokumentasi Sparklepush.com

Jika mata Klepusher masih belum jelas melihat, kalau di batang pohon ini ada seekor londok, berikut ini saya kasih fotonya yang lebih dekat dengan objek, londok tersebur.

Foto 5. Londok Coklat berkamuflase hampir sempurna. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 5. Londok Coklat berkamuflase hampir sempurna. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Di Foto 5, saya tampilkan Foto Londok coklat hasil jepretan Sony A500 dengan lensa 55-200mm yang hasil jepretannya sangat bagus dan cocok dipakai untuk pemula seperti saya atau klepusher yang sedang mulai menggeluti dunia hobi fotografi.

Tapi, by the way, kenapa kok Londok bisa berubah-ubah warna? Kadang berwarna hijau dan kadang berwarna coklat?

Menurut penjelasan dari berbagai literatur, perubahan ini disebabkan oleh suasana hati dan suhu. Jadi, kemungkinan yang paling mendekati alasan kenapa londok yang ada di Foto 5 di atas berwarna coklat karena si Londok ini berada di suhu yang panas. Ini sih masih analisis saya aja yang masih awam soal dunia flora dan fauna.

Selain itu menurut hasil pencarian di google, warna coklat umumnya mewakili suasana hati yang hangat, nyaman, aman, stabil, dan membumi.

Jadi kesimpulan sementara Si Londok Coklat ini sedang dalam keadaan yang nyaman dengan tempatnya dan suhu lingkunan sekitarnya. Dan terserah dia juga mau gonta-ganti warna apalah. 🤣🤣🤣🤣🤣

Ah, puaslah sudah aku memandangimu wahai Londok Coklat. Silahkan kau mengubah warna kulitmu sesuai kehendakmu. Aku tak akan menghalangimu dan tak akan mengganggu kehidupanmu.

Foto 5. The field of dreamy day. Kedunguter, Kab. Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 5. The field of dreamy day. Kedunguter, Kab. Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Saat duduk diantara semak-semak rerumputan di sawah orang yang telah menyelesaikan masa panennya. Meskipun tak terlihat di mata bagaimana mereka memanennya tapi aku ada di sini membaca bahwa sawah telah paripurna dimusimnya, terbaca dari rumput-rumput yang tumbuh meninggi.

Aku diam diantara semak, kameraku siap menangkap momen apapun yang akan lewat. Bahkan, jika harus bertemu dengan ular berbisa pun akan aku hadapi dengan tenang walaupun terasa konyol karena tidak membawa perbekalan apapun selain kamera.

Deretan bambu itu berdiri tanpa suara, seperti penanda jalan yang tak pernah dituliskan di peta. Dengan lensa 55–200mm terulur jauh, aku tidak sedang mengejar subjek, melainkan perasaan. Rumput liar yang menari di depan bingkai sengaja kubiarkan buram, membiarkan mata fokus pada satu batang bambu—cukup satu, seperti hari itu yang juga sederhana. Sony A500 membantuku menjaga jarak: dari hiruk pikuk pikiran, dari keinginan memotret terlalu banyak. Di Kedunguter, Brebes, aku belajar bahwa kadang fotografi bukan soal ketajaman, tapi tentang memberi ruang pada cahaya, angin, dan waktu untuk bercerita sendiri.

Aku seperti menemukan jeda untuk menghela nafas sebelum mengarahkan Sony A500 + Lensa 55-200mm ke sudut yang lain.

Di hela nafasku yang berikutnya ada satu moment dimana seekor burung blekok putih sedang terbang di atas rumput. 

Dari kepakan sayapnya seperti: "aku tidak akan terbang jauh, hanya berpindah sedikit untuk menemukan kesenangan."

Foto 6. Blekok Putih terbang diantara rerumputan di area sawah Kedunguter, Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 6. Blekok Putih terbang diantara rerumputan di area sawah Kedunguter, Brebes. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Foto Blekok Putih di atas adalah hasil jepretan Sony A500 dengan paduan lensa tele zoom kelas menengah 55-200mm.

Pengambilan dengan mode auto, fokus auto.

Saya nggak nyangka, ternyata kecepatan auto fokus dari kamera DSLR jadul Sony A500 itu bisa dibilang sangat cepat dan hasilnya, Burung Blekok / Kunthul terlihat nge-freeze.

Posting Komentar

0 Komentar