Foto-foto Berkunjung Ke Tempat Wisata Candi Borobudur [Pakai Kamera Sony A6400 + Tamron 70-300 A-mount]

Foto 1. Suasana siang Candi Borobudur yang masih banyak dikunjungi para wisatawan. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Semakin siang, ternyata Candi Borobudur semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.


Aku yang sudah disini dari sekitar jam 9 lebih sudah merasa cukup "bercengkrama" dengan suasana yang disajikan oleh Candi Borobudur di hari ini, Rabu, 3 April 2025.

Semakin ramai, semakin menarik aja suasananya.

Yup, saya benar-benar menikmati suasana dimana orang-orang tumpah ruah disini untuk melihat mahakarya dari para leluhur nusantara. Kebanyakan dari mereka takjub melihatnya dan mengekspresikan kegembiraan mereka dengan berpose dengan gaya terbaik mereka saat di depan kamera.

Dari sekian banyak wisatawan, ada salah dua dari mereka yang kembali mencuri perhatian kamera Sony A6400.

Bersama lensa Tamron 70-300 F/4-5.6 Di yang masih pakai A-mount saya pun kembali mengabadikan moment dua wanita wisatawan yang asyik berpose di depan kamera ponsel mereka dan Candi Borobudur menjadi background sekaligus bukti eksitensi mereka di sini. Semoga foto-foto mereka cepat fyp ya.

Foto 2. Wisatawan yang asyik berfoto di sekitar Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 2. Wisatawan yang asyik berfoto di sekitar Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Sementara itu, dibagian barat laut Candi Borobudur terdapat sebuah batu besar dengan ukiran teks. Batu ini adalah batu Monumen Peresmian Pemugaran Candi Borodudur yang sering terlewati atau dilewati oleh para wisatawan.

Karena merasa baru pernah melihat batu monumen ini, akhirnya saya lembali menggenggam SONY A6400 yang dipasangkan dengan lensa Tamron 70-300mm F4-5.6 untuk mengabadikan moment kebahagian mereka di sini.

Batu Monumen Peres.ian Pemugaran Candi Borobudur ini mungkin tidak begitu menarik bagi sebagian besar wisatawan Candi Borobudur tapi tidak dengan 2 bocil ini yang memilih mengabadikan moment wisatanya dengan foto berlatar belakang batu monumen ini.

Foto 3. Batu Prasasti Pemugaran Candi Borobudur dan Wisatawan yang sedang berfoto. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 3. Batu Prasasti Pemugaran Candi Borobudur dan Wisatawan yang sedang berfoto. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Usai mengambil foto moment 2 bocil yang sedang asyik menikmati liburan di salah satu sudut Candi Borobudur, Saya pun kemudian kembali jalan lagi untuk menuju jalur exit, jalan keluar.

Namun, sebelum melanjutkan langkah kaki ke jalur exit, tiba-tiba mata ini melihat moment seorang pria yang berjalan sendirian sambil membawa payung untuk menghalau terik matahari

Seketika, Kamera Sony A6400 + Lensa Tamron 70-300mm F/4-5.6 selalu siap untuk mengambil gambar, jadi hasilnya seperti di bawah ini Foto 4.


Sayangnya, Chromatic Aberration pada Foto 4 masih tak bisa terhindarkan meskipun hanya tampak saat di zoom saja namun bagi orang-orang yang perfectionist akan merasa sedikit terganggu atau mengurangi tingkat kepuasan.

Foto 4. Seorang pria berpayung putih berjalan sendirian di pelataran Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 4. Seorang pria berpayung putih berjalan sendirian di pelataran Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Sebelum benar-benar meninggalkan Candi Borobudur ternyata di jalur exit ada juga mas-mas fotografer yang nongkrong di sini, sendirian pula.

Mas-mas fotografer atau juru foto baik yang di depan Candi Borobudur ataupun yang ada di jalur exit ini ternyata pakai warna baju yang sama yaitu warna biru cerah dan senantiasa menyelempangkan kamera DSLR ataupun Mirrorless mereka.

Mungkin kaos berkerah dengan warna biru cerah ini adalah seragam para juru foto (fotografer) di Candi Borobudur.

Foto 5. Seorang juru foto/Fotografer Candi Borobudur (ngadem) duduk menyendiri dibawah pohon beringin. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 5. Seorang juru foto/Fotografer Candi Borobudur (ngadem) duduk menyendiri dibawah pohon beringin. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Usai memotret mas-mas fotografer yang lagi ngadem di bawah pohon beringin, saya pun kembali melanjutkan langkah kaki meninggalkan Candi Borobudur yang indah dan megah ini.

Hari ini Kamis, 3 April 2025 saya telah mengukir kenangan, Solo Touring ke Candi Borobudur naik motor Honda Scoopy dan atas izin Allah SWT, perjalanan dari Brebes - Candi Borobudur lancar, aman dan berkesan.

Saya meninggalkan Candi Borobudur lewat jalur pejalan kaki yang ternyata membuat saya sering berdecak kagum dengan pemandangan sekitar sini. Salah satunya adalah pemandangan Gunung Kunir yang berada di sebelah selatan agak ke barat dikit (barat daya).

Selain bisa melihat pemandangan hijau Gunung Kunir, jalur pejalan kaki di jalan keluar dari Candi Borobudur cukup adem ya. Ini karena banyak pohon besar yang bikin suasana jadi teduh, padahal sih cukup terik juga sih, soalnya banyak turis yang pakai payung. Salah satu contohnya ada di Foto 4 yang nunjukin ada seorang wisatawan yang jalan di sekitar Candi Borobudur bawa payung buat melindungi diri dari terik matahari dan ada juga yang pakai topi bundar seperti yang ada di Foto 6.2.

Foto 6. Jalan keluar Candi Borobudur yang dihiasi dengan pemandangan Gunung Kunir. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 6. Jalan keluar Candi Borobudur yang dihiasi dengan pemandangan Gunung Kunir. Foto dokumentasi Sparklepush.com 

Tak jauh dari tangga jalan keluar, ada sebuah area yang dipagari dengan teralis besi. Area ini berisi tumpukan batu-batu pahat yang berbentuk menyerupai balok. 

Batu-batu ini nampak seperti batu-batu yang sudah lama sekali umurnya. Saya pribadi menduga bahwa batu-batu ini umurnya sama dengan batu-batu yang ada di area Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Tapi itu perkiraan saya aja sih. Maklum, selama saya mengambil foto batu-batu ini tidak ada seorang pun yang menjaganya, jadi saya hanya bisa memandanginya sambil mengabadikannya pake kamera Sony A6400 + Tamron 70-300mm.

Batu- batu ini seperti puzzle dimana mereka akan terbentuk menjadi sebuah karya ketika setiap bagian-bagiannya tersusun sesuai dengan "blue print".

Sayangnya, batu-batu (enaknya kita sebut, puing reruntuhan aja ya) ini dibiarkan begitu saja dan hingga ditumbuhi lumut hijau. "Bukannya lumut bisa mempercapat proses pelapukan ya?", gumam saya dalam hati.

Foto 7. Puing-puing batu Candi Borobudur yang masih belum dipugar berlokasi di bagian barat. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 7. Puing-puing batu Candi Borobudur yang masih belum dipugar berlokasi di bagian barat. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Apakah batu-batu di area barat akan menjadi kunci ditemukannya candi baru di sekitar candi Borobudur?

Menurut saya, mungkin-mungkin saja tapi ini jawaban dari orang biasa ya, bukan seorang arkeolog ataupun sejarahwan. Saya hanya seorang pengunjung yang sedang mengukir kenangan di sini dan saya share di foto-fotonya saat saya berkunjung ke Candi Borobudur.

Perjalanan pun berlanjut, langkah kakiku sedikit demi sedikit mulai menjauh dari Candi Borobudur dan meninggalkan kenangan.

Setelah melewati papan exit, saya melihat taman Borobudur yang indah dipenuhi tabebuya yang belum berbunga. Saya yakin, jika saya datang ke sini lagi di sekitar bulan juli-agustus (mungkin), tabebuya-tabebuya ini sudah berbunga dan menambah keindahan taman Candi Borobudur yang disebelah barat ini.

Kalau diinget-inget, pedestrian exit Candi Borobudur ini berbeda dengan jalur pedestrian saat saya sudah melewati pemeriksaan tiket dimana sebelumnya tidak didominasi tanaman hias Tabebuya, tapi pohon trembesi dan yang lainnya.

Dan dari taman ini, saat saya menoleh ke belakang, ternyata saya dapat melihat Stupa terbesar dan tertingginya Candi Borobudur.

Wooooowww......! Amazing, Awesome.....!!!

Saya seperti melihat taman syurga....! Indah, megah, teduh, itulah yang ada dalam benak saya kala itu, tatkala melihat pemandangan Candi Borobudur yang seolah-olah bersembunyi di balik tirai dedaunan dari pohon-pohon besar yang memagarinya namun seolah-olah mempersilahkan siapa saja yang ingin melancong ke sini dengan meniti anak tangga yang tersusun rapi dari bebatuan.

Foto 8. Foto-foto saat meninggalkan Candi Borobudur yang indah dan megah. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 8. Foto-foto saat meninggalkan Candi Borobudur yang indah dan megah. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Bagi yang ingin menikmati sensasi keliling Candi Borobudur dengan hal yang berbeda, cobalah naik delman alih-alih pakai Odong-odong listrik yang ada di sekitar Taman Wisata Candi Borobudur. Kendaraan ramah lingkungan yang memang masih mengeluarkan emisi berupa tai.

FYI yah Klepusher, tai atau kotoran kuda masih bisa dimanfaatkan lho, utamanya dalam dunia pertanian. Pemanfaatanya yaitu untuk membuat pupuk organi yang kaya akan nutrisi untuk tanaman. Selain untuk pertanian, kotoran kuda juga dapat digunakan sebagai bahan baku biogas bahkan dapat dimanfaatkan pula untuk produksi bioschar.

Apa itu Biochar?

Iseng-iseng nyari info di google apa itu biochar di, begini jawaban ringkasan AI yang bikin saya tercengang:

Ringkasan AI: "Biochar adalah bahan padat kaya karbon yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna (pirolisis) bahan organik seperti sisa tanaman, kayu, atau kotoran hewan. Ia sering digunakan sebagai pembenah tanah untuk meningkatkan kualitas dan kesuburan tanah, serta berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca."

Jadi, delman bertenaga kuda hidup di Candi Borobudur kok seolah-olah nampar halus adanya odong-odong listrik ya. Hehehe...!

Mungkin si kuda bilang: "Gue cuma makan rumput. Sedangkan lo (odong-odong listrik) harus dicas dulu"

Foto 9. Senyum sumringah Pak. Kusir menyapa kameramen Sparklepush.com. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 9. Senyum sumringah Pak. Kusir menyapa kameramen Sparklepush.com. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Kembali ke Foto-foto Berkunjung Ke Tempat Wisata Candi Borobudur [Pakai Kamera Sony A6400 + Tamron 70-300 A-mount].

Seberapa lama waktu yang harus aku habiskan untuk menikmati suasana jalur exit Candi Borobudur, aku tetap harus rela meninggalkannya. 

Kamera Sony A6400 yang saya pakai masih setia dengan lensa Tamron 70-300mm F/4-56 Di.

Dan sekarang, saya semakin jauh dari Candi Borobudur serta, tempat berkumpulannya delman-delman tadi. Dan di depan jalan ternyata ada sebuah papan penunjuk, sebuah denah, yang memuat informasi titik-titik lokasi penting dan rute supaya wisatawan yang datang tidak kebingungan selama melancong.

Ada juga sebuah bangunan mirip joglo di sana. Bangunan yang mirip joglo ini terdapat kafetaria dll ya, bahkan di dalamnya terdapat terdapat minuman ringan dan lainya. Berhubung budget minim, jadi saya nggak berani sembarangan mampir ke gerai-gerai seperti ini. Saya lebih memilih warung kelontong yang harganya lebih realistis dengan isi dompet. Wkwkwkwkw.... ๐Ÿคฃ๐Ÿ˜, maklum, budget mendang-mending soalnya.

Melangkah beberapa puluh meter ke depan ternyata saya ketemu sama terminalnya odong-odong listrik yang ada di Candi Borobudur, seperti yang ditunjukkan pada Foto 10.4. 

Foto 10. Jalan keluar/exit, menuju terminal odong-odong listrik. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 10. Jalan keluar/exit, menuju terminal odong-odong listrik. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Salah satu yang menyenangkan saat saya berkunjung di Candi Borobudur yaitu adanya live music dengan genre music keroncong

You know-lah, genre music keroncong itu bukan aliran musik yang bikin Klepusher over kegirangan saat mendengarkannya, nggak terlalu slow juga macam reggae, tapi tetep nge-beat namun santai. Dan umumnya, musik keroncong itu menggunakan lagu-lagu lawas, meskipun ada beberapa grup keroncong yang mencoba membawakan lagu-lagu kekinian.

Pengalaman saya sendiri sewaktu melintas di jalur pedistrian exit Candi Borobudur, Group band keroncong yang sedang pentas ini membawakan sebuah lagu lawas yang berjudul Setangkai Anggrek Bulan yang pernah dipopulerkan oleh Emillia Contessa bersama Broery Pesulima, Dewi Yull dan Rani.

Setelah menyelesaikan 1 lagu lawas, terdengar sebuah lagu yang cukup nge-trend yang liriknya:
Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana, tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu
Lagu ini bener-bener membuat Solo Touring ke Candi Borobudur menjadi lebih berkesan. Rasanya, kalau suatu saat aku bisa melancong lagi ke sini, masih bisa mendengarkan lagu ini lagi. Btw, thank to Raim Laode dan A. Riyanto yang telah menciptakan lagu indah ini.

Sehat selalu buat band keroncong ini yang udah bikin pengalaman berkunjung ke Candi Borobudur membekas banget dalam ingatan. Pada Foto 11, menunjukkan Band Keroncong yang konser berbarengan dengan kunjungan saya ke sini.

Foto ini masih pakai Sony A6400 + Tamron 70-300mm F/4-5.6 Di dan pas komposisi pencahayaan yang cukup sehingga tidak menimbulkan kontras berlebih dan hasilnya minim Chromatic Aberration ya. Bokeh dari lensa tele jadul ini ternyata masih bagus juga. Ini membuat saya mantap sering memakai lensa ini untuk dibawa kemana-mana karena lensa ini tidak segede lensa-lensa supertele. Masih portable-lah menurut saya. Bahkan sakin ringkasnya, masih bisa muat di tas laptop HP G8 255 15.6 Inchi. 

Foto 11. Personil Life Music Perfomance di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 11. Personil Life Music Perfomance di Candi Borobudur. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Kalo ikutin konser live musik keroncong ini, saya bisa kesorean pulangnya. Jadi, saya putusin untuk beranjak dan melanjutkan langkah kaki ke Lumayan Inn usai lagu Komang berakhir.

Jalan kaki dari Candi Borobudur sampai di tempat konser ini ternyata cukup bikin telapak kaki panas. Bahkan saya ngerasa telapak kaki ini seperti mau mlonyot. Maklum, sudah lama saya nggak tracking hehehehe...! ๐Ÿ˜

Untungnya suasana adem di jalur exit Candi Borobudur ini adem karena ada banyak pohon yang menaungi mulai dari pohon bambu, waru dan lain sebagainya.

Dan ternyata, saya nggak sendirian saat melewati jalan keluar Candi Borobudur ini. Ada banyak wisatawan yang searah dengan saya, tidak seperti waktu saya berjalan dari Lumayan Inn, jalan sendirian.

Foto 12. Perjalanan pulang dari Candi Borobudur lewat jalur pejalan kaki. Foto dokumentasi Sparklepush.com
Foto 12. Perjalanan pulang dari Candi Borobudur lewat jalur pejalan kaki. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Posting Komentar

0 Komentar