Ingin Si Kecil fasih Bahasa Asing? Ada Beberapa Hal Yang HarusDiperhatikan!


Kecerdasan linguistik dapat diasah sejak dini. Apalagi, bagi Klepusher yang memiliki pasangan dengan bahasa Ibu yang berbeda. Namun, bagaimana jika ingin membuat anak fasih bahasa asing?

Tak ada batas minimal dan batas maksimal dalam mengajarkan bahasa baru pada anak, sebetulnya. Namun, memang, seiring dengan pertumbuhannya, mengajari anak bahasa asing akan lebih baik sejak ia belajar berbicara.

Sejak anak masih bayi, Klepusher dapat mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa asing. Namun, nyatanya tak semua anak mampu beradaptasi dengan baik terhadap bahasa barunya. Lalu apa saja yang perlu diperhatikan agar anak tak bingung bahasa?

Waspadai Bingung Bahasa Pada Anak

Ada banyak kasus dimana anak mengalami bingung bahasa. Dimana, anak pada akhirnya mengalami keterlambatan bicara. Hal ini terjadi karena dikala ia belum menguasai satu bahasa pun, ia sudah di cekoki dengan bahasa lain. Hal ini banyak terjadi lho.

Untuk menghindarinya, Klepusher perlu memahami kondisi anak terlebih dahulu. Salah satu hal penting dalam mengajari anak berbicara adalah dengan mengajaknya berbahasa yang benar, bukan bahasa bayi. Ada berapa banyak orang dewasa yang menirukan bahasa bayi demi mengajak buah hatinya berkomunikasi?

Kemudian, Klepusher juga wajib melihat respon anak. Ketika anak nampak nyaman-nyaman saja, dengan dua bahasa yang diterapkan dalam kesehariannya, maka metode yang Klepusher dapat diteruskan. Namun, ketika anak memperlihatkan beberapa pertanda lain, seperti berikut:

  • Kurang responsif

  • Mulai sulit merangkai satu kalimat dengan benar

  • Mengalami speech delay.

Maka jika salah satu dari 3 hal diatas terjadi, tentu ada yang perlu dikoreksi.
Cara Mengajarkan Anak Bahasa Asing

Pada pasangan yang memiliki satu bahasa ibu, maka dianjurkan untuk memperkenalkan bahasa asing ketika ia sudah mampu berbicara dengan baik. Ini dapat dimulai ketika usianya menginjak 2-3 tahun. Dimana, saat ini si kecil seharusnya sudah mampu merangkai satu kalimat dengan benar, meskipun dengan pengucapan kata yang belum sempurna.

Konsistensi dalam mengajari anak berbahasa asing juga sangat penting. Klepusher dapat berkompromi dengan pasangan, dan orang-orang terdekat yang banyak melakukan kontak langsung dengan si kecil.


Misal, ayah yang ambil bagian dalam berkomunikasi dengan bahasa asing, sedangkan Ibu yang membiasakan diri mengajaknya bicara dengan bahasa ibu.


Memulai dengan kata benda sederhana bagi anak usia dini, adalah langkap pertama paling mudah. Jadi, klepusher dapat mengajari anak satu demi satu kata dari bahasa asing. namun, tidak mencampurnya dalam satu kalimat ya. Sebagai contoh, Let’s eating together, bukan ayo kita eating.

Howard Gardner, dalam satu penelitiannya, mengungkapkan salah satu dari 8 jenis kecerdasan yang dibawa oleh anak adalah kecerdasan linguistik. Dimana, ia akan mampu beradaptasi dengan bahasa baru dengan mudah. Bahkan, anak dengan bawaan kecerdasan lingustik akan mampu menggunakan dua atau lebih bahasa dengan baik. Salah satunya adalah bahasa ibu.

Namun, sayangnya tak semua anak memiliki kemampuan yang sama. Bagi anak yang tak memiliki kecerdasan ini, sebaiknya membiarkannya mengerti dan mampu menggunakan bahasa ibu dengan baik terlebih dahulu. Setelah itu, baru dapat diperkenalkan dengan bahasa asing secara perlahan.


Untuk mengecek, apakah anak memiliki minat dalam mempelajari bahasa asing, Klepusher dapat mengajaknya menonton video dengan bahasa asing. Baik itu film, animasi atau pun lagu. Ketika ia tertarik dan mulai menirukan, maka saat itulah ia mulai siap diajari bahasa asing.

Editor: Abu Aqillah
Featured Image By: Annie Spratt

Posting Komentar

0 Komentar